PBNU Imbau Peneriak 'Ganti Presiden' Minta Maaf ke Habib Luthfi

PBNU Imbau Peneriak 'Ganti Presiden' Minta Maaf ke Habib Luthfi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai sudah sepantasnya bagi pihak yang berteriak 'ganti presiden' kepada Habib Luthfi bin Yahya dalam acara haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Solo, Jawa Tengah, untuk meminta maaf. Wasekjen PBNU KH Masduki Baidlowi menilai teriakan 'ganti presiden' telah mengotori suasana kultural keagamaan.

"Kalau dia (yang teriak 'ganti presiden') melakukan sowan, saya kira akan lebih bagus, saya kira seyogianya sowan lah karena dia sudah semacam mengotori suasana, suasana kultural keagamaan dengan suasana politik," ujar Masduki saat dihubungi, Selasa (1/1/2019).

"Saya kira bagus lah (minta maaf ke Habib Luthfi), kita imbau lah, ya bersilaturahim, supaya tidak saling terjadi hal-hal yang hard feeling, karena supaya sama-sama nyaman, masa semua tempat dijadikan ajang kampanye, nggak bagus lah," lanjutnya.

Menurut Ketua Bidang Infokom MUI itu, acara haul seperti haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Solo merupakan kegiatan kultural keagamaan yang harusnya bersih dari kegiatan politik. Sebagai salah satu ulama NU, Habib Luthfi dikatakannya hadir di acara tersebut juga dalam konteks kultural keagamaan.

"Hal-hal yang terkait masalah agama jangan dijadikan ajang untuk politik praktis. Kalau seperti itu akhirnya nanti akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan bersama, bahwa akan terjadi bentrok, terjadi ketidaksepahaman, persaudaraan kita menjadi terganggu yang sebenarnya itu tidak perlu," kata Masduki.

Masduki menjelaskan, yang menjadi landasan utama kegiatan keagamaan seperti haul seorang tokoh adalah persaudaraan sesama muslim dan sesama bangsa. Urusan politik merupakan urusan jangka pendek, berbeda dengan urusan agama yang merupakan urusan jangka panjang yang harus terus dibangun oleh umat Islam.

"Jadi ruang publik kita saya kira kita isi dengan hal-hal yang sifatnya kultrual dan damai. Jangan diisi ruang kultural kita itu dengan gondok-gondokan politik praktis yang justru itu untuk kepentingan jangka pendek dan tidak mendidik rakyat sebenarnya," imbuhnya.

"Haul itu kan kan bagaimana kita mengenang seorang tokoh, apalagi habib, habib itu kan perannya sangat besar di dalam menciptakan integrasi umat, menciptakan komunitas-komunitas muslim yang lebih matang dalam beragama. Jadi suasana-suasana yang khusyuk yang seperti itu kan jangan lah diganggu," jelasnya.

Masduki melanjutkan, masyarakat harus terbiasa saling menghormati dengan pilihan politik yang berbeda saat menghadiri kegiatan kultural keagamaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga persaudaraan dalam perbedaan.

"Bahwa kemudian misalnya saya mendukung si A, situ mendukung si B, masa saya harus berteriak 'saya mendukung si A', kan nggak boleh begitu. Jadi kita menghormati persaudaraan. Banyak juga dari kita di grup-grup, jadi ada satu grup WA (WhatsApp), itu kita sadar sepenuhnya bahwa kita berbeda pilihan, tapi kita saling menghormati, itu dalam grup WA, apalagi di dalam grup-grup keagamaan seperti itu," ucapnya.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita