Kesaksian Penggali Kubur, Ada Suara Ledakan di Langit: Mengisyaratkan Pak Harto Orang Besar

Kesaksian Penggali Kubur, Ada Suara Ledakan di Langit: Mengisyaratkan Pak Harto Orang Besar

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Keluarga almarhum Presiden Soeharto meyakini rakyat Indonesia merindukan sosok Soeharto setelah 10 tahun meninggalnya.

Pernyataan itu disampaikan Putri Soeharto, Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, menyusul viralnya foto orang mirip Soeharto sedang duduk di gerbong Kereta Api Listrik (KRL) di Jakarta, beberapa hari terakhir.

Titiek Soeharto menganggap viralnya foto itu menandakan kerinduan masyarakat pada bapaknya.

 "Kalau orang enggak suka Pak Soeharto begitu dapat, ah delete aja, tapi ini kan diforward ke seluruh tanah air."

"Jadi ini buat kami lihatnya wah banyak yang rindu Pak Harto sampe foto orang yang mirip beliau diviralkan," katanya, dikutip Surya.co.id dari Tribunnews.com.

Terkait itu, pasca viralnya orang mirip Soeharto, hal-hal terkait Soeharto kembali menjadi perhatian.

Termasuk momen-momen saat pemakaman Presiden Soeharto di Astana Giri Bangun, Dengkeng, Girilayu, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. 

Sebagai informasi, Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto meninggal dunia pada 27 Januari 2008.

Almarhum Soeharto kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun.

Meskipun Soeharto berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, namun sebelum meninggal ia sudah berpesan dimakamkan di Astana Giri Bangun.

Dalam proses pemakamannya, ada sepenggal cerita menarik yang datang dari penjaga makam keluarga Soeharto, Sukirno.

Sukirno menceritakan sebuah peristiwa aneh yang terjadi kala makam Soeharto pertama kali digali.

"Hantaman linggis yang pertama menghujam, disusul hantaman yang kedua. Tepat pada hantaman linggis yang ketiga tiba-tiba duarrrrrr. Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," tutur Sukirno dalam buku 'Pak Harto Untold Stories' halaman 344, seperti dilansir Tribun Timur (grup Surya.co.id).

Menurutnya ledakan itu mirip suara bom. Semua orang yang berada di Astana langsung menengadah ke atas mencari sumber dentuman itu.

Anehnya di sekeliling Astana tidak ada yang porak poranda akibat ledakan keras tersebut.

Ledakan tersebut hanya seolah bunyi keras yang tidak meninggalkan bekas.

Sukirno pun memaknai ledakan itu pertanda semesta alam menerima jenazah Presiden Soeharto.

"Alhamdulillah, ini mengisyaratkan bahwa Pak Harto benar-benar orang besar. Bumi mengisyaratkan penerimaannya terhadap jenazah beliau," ujarnya kala itu.  

Pengagum Soeharto

Sementara itu, sosok pria yang viral mirip Presiden Soeharto ternyata merupakan salah satu pengagum Soeharto.

Mas Koeswali Somadihardja, nama lengkap pria pada foto yang diunggah di media sosial dengan embel-embel mirip Soeharto tersebut, merupakan pria kelahiran Cirebon, 16 Desember 1948.

Pantauan TribunJakarta.com, rambutnya yang putih dan disisir ke belakang, hidungnya mancung dan sikapnya yang murah senyum, membuatnya mirip dengan Soeharto yang dijuluki 'The Smiling General' itu.

Ia merasakan kepemimpinan Soeharto sejak dilantik, hinggal lengsernya pada 1998.

"Bangga saya mirip dengan beliau (Soeharto). Dia kan tegas, cepat dalam bertindak," ujar Koeswali kepada TribunJakarta.com di kediamannya, Jalan Permata Pamulang, Bakti Jaya, Setu, Tangerang Selatan, Jumat (01/06/2018).

Masih mengenakan peci hitam dan batik berwarna merah, Koeswali berkomentar tentang era mudanya dulu yang juga hampir bersamaan dengan mudanya umur Indonesia.

Ia beranggapan keadan yang bergolak pada masa itu, Soeharto cocok sebagai pemegang komando tertinggi sebagai presiden.

"Waktu itu dia (Soeharto) memang cocok memimpin," tegasnya.

Meskipun mengaguminya, pria berpendidikan kedokteran tersebut, merasa legawa saat Soeharto dilengserkan pada 1998.

"Memang sudah bukan saatnya lagi," ujar Koeswali.

Sosok Mas Koeswali Somadihardja yang viral karena disebut mirip dengan sosok Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto, ternyata pernah bertemu langsung sang presiden.

Bukan cuma bertemu Koeswali juga bersalaman dengan almarhum Soeharto di ujung Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Koeswali mengatakan pada tahun 1976, dirinya sedang berada di kantor kakak iparnya yang berada di ujung Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Jalan tersebut sudah terkenal karena terdapat kediaman Presiden ke dua Indonesia, Soeharto.

Sekitar pukul 15.30 WIB, waktu itu, ia sedang berdiri di luar kantor kakak iparnya, tiba-tiba ada mobil Land Rover melintas, dan di dalamnya ada sang Presiden, Soeharto, menyalaminya.

"Tangannya ke atas, kayak hormat, saya pun nunduk," ujar Koeswali menirukan salam almarhum Soeharto.

Saat melintas di depannya, Koeswali mengatakan kaca mobilnya tidak ditutup. "Soeharto mengenakan kaos putih waktu itu," ujarnya.

Koeswali menduga Presiden yang ia kagumi tersebut akan pergi memancing. "Pak Harto kan hobinya memancing kan," katanya.

Pria dua anak dan lima cucu itu pun merasa terhormat disalami sang Presiden. "Merasa hormat saya," ujarnya sambil tersenyum mengenang 'The Smiling General'.[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita