GELORA.CO - Sebuah kisah mencengangkan datang dari Ghana. Seorang pria bernama Ebo Noah mengaku mendapat pesan ilahi melalui mimpi bahwa banjir global akan melanda bumi pada 25 Desember 2025. Merespons “peringatan” tersebut, ia langsung memulai proyek yang luar biasa besar: membangun delapan bahtera kayu raksasa.
Menurut Ebo, setiap bahtera dibuat dari 250.000 papan kayu pilihan, bahan yang ia yakini dipilih langsung atas perintah Tuhan. Yang lebih mengejutkan, ia mengklaim masing-masing bahtera mampu menampung hingga 600 juta orang.
Ebo kemudian membuka ajakan bagi siapa pun yang ingin “mengikuti jalan Tuhan”. Respons publik ternyata jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Hingga kini, lebih dari 375.000 orang telah menjadi pengikutnya, sebagian bahkan rela melakukan perjalanan jauh menuju Ghana hanya untuk melihat sang pembangun bahtera dan mencari jawaban atas ramalan kiamat tersebut.
Daya Tarik Narasi Kiamat di Tengah Ketidakpastian Global
Terlepas dari keraguan yang ada, kisah Ebo Noah menunjukkan daya tarik abadi dari narasi kiamat dan nubuatan. Dengan ratusan ribu pengikut yang loyal dan meningkatnya jumlah orang yang berdatangan ke Ghana untuk menyaksikan proyek monumental ini, fenomena Ebo Noah menjadi studi kasus yang menarik tentang bagaimana ketidakpastian sosial, ekonomi, dan politik saat ini dapat mendorong pencarian keselamatan dan makna spiritual yang ekstrem. Kisah ini tidak hanya dilihat sebagai delusi oleh sebagian orang, tetapi juga sebagai tanda harapan terakhir bagi mereka yang merasa cemas dengan masa depan dunia.
Perkembangan proyek Bahtera Nuh modern di Ghana ini terus dipantau. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana klaim ini akan berakhir pada 25 Desember 2025, dan apa dampak jangka panjangnya terhadap komunitas yang telah menginvestasikan keyakinan mereka pada visi Ebo Noah?