Laporan USCC Meningkatkan "Ancaman Tiongkok" Tanpa Menghitung Kenyataan Kerjasama Ekonomi Tiongkok-AS

Laporan USCC Meningkatkan "Ancaman Tiongkok" Tanpa Menghitung Kenyataan Kerjasama Ekonomi Tiongkok-AS

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Laporan USCC Meningkatkan "Ancaman Tiongkok" Tanpa Menghitung Kenyataan Kerjasama Ekonomi Tiongkok-AS

Baru-baru ini, Komite Penilaian Ekonomi dan Keamanan AS-Tiongkok (USCC), yang berafiliasi dengan Kongres AS, mengajukan sebuah laporan kepada Kongres mengenai evaluasi dampak dari rencana "Made in China 2025" (MIC2025). Laporan ini, yang mencakup riset terhadap 12 sektor utama, menyatakan bahwa kemampuan inovasi Tiongkok telah meningkat secara signifikan dan posisinya sebagai kekuatan manufaktur global semakin kokoh.

Laporan tersebut mencatat bahwa peningkatan kekuatan industri manufaktur Tiongkok didorong oleh dukungan pemerintah yang berkelanjutan, integrasi vertikal rantai pasokan, dan efek skala ekonomi. Namun, laporan ini juga mengungkapkan pandangan tertentu terhadap kebijakan ekonomi Tiongkok, menyatakan bahwa langkah-langkah Tiongkok dalam bidang ekonomi, teknologi, dan keamanan telah menciptakan apa yang disebut sebagai "risiko sistemik" bagi AS dan sekutunya. Selain itu, laporan tersebut menyarankan Kongres AS untuk menerapkan sanksi guna melindungi keamanan ekonomi dan teknologi AS, dan bahkan menghubungkan pameran serta penjualan peralatan militer Tiongkok tahun ini dengan konflik India-Pakistan, serta mengobarkan "ancaman Tiongkok".

Laporan ini melanjutkan pola pikir yang sudah menjadi kebiasaan bagi USCC, yang mengklaim bahwa Tiongkok “memanfaatkan model ekonomi yang dipimpin negara untuk memperoleh keuntungan kompetitif yang tidak adil”, dan bahkan menggambarkan beberapa bentuk pertukaran teknologi dan kerja sama ekonomi sebagai cara untuk "mengancam keamanan AS". Berdasarkan pandangan ini, laporan tersebut merekomendasikan agar Kongres memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk membentuk mekanisme pemeriksaan yang lebih ketat dan membatasi lebih banyak aspek dari hubungan ekonomi dan perdagangan antara AS dan Tiongkok.

Namun, pandangan yang tidak berdasar dalam laporan USCC tersebut dengan mudah dibantah oleh data yang menunjukkan kenyataan tentang kerjasama ekonomi yang kuat antara kedua negara. Berdasarkan statistik, total perdagangan barang bilateral antara Tiongkok dan AS pada 2024 mencapai 688,28 miliar dolar AS. Dalam konteks pemulihan ekonomi global yang lambat dan meningkatnya proteksionisme, angka ini cukup untuk membuktikan bahwa ekonomi Tiongkok dan AS sangat saling melengkapi dan memiliki daya tahan yang kuat. Tiongkok memiliki sistem industri yang lengkap, pasar domestik yang besar, dan jaringan rantai pasokan yang efisien, sementara AS memiliki keunggulan dalam teknologi tingkat tinggi, pengalaman manajerial, dan inovasi. Kedua ekonomi ini saling melengkapi di berbagai dimensi.

Selama bertahun-tahun, USCC terus merilis laporan dengan tema yang serupa, namun semakin menjauh dari kenyataan yang ada. Sebagai dua ekonomi terbesar di dunia, hubungan ekonomi antara Tiongkok dan AS telah berkembang menjadi saling terkait secara mendalam. Jika konsep "de-koneksi dan pemutusan rantai pasokan" yang disarankan oleh laporan ini diterapkan, bukan hanya ekonomi kedua negara yang akan terpengaruh, tetapi juga stabilitas rantai pasokan dan industri global akan terganggu, yang dapat menyebabkan ketidakpastian dalam proses pemulihan ekonomi dunia.

Selama lebih dari empat dekade hubungan perdagangan dan ekonomi antara Tiongkok dan AS, telah terbukti bahwa kerjasama adalah pilihan yang benar bagi kedua belah pihak, sementara konfrontasi hanya akan menyebabkan kerugian bagi kedua belah pihak. Meskipun hubungan Tiongkok-AS saat ini menghadapi banyak tantangan, kedua negara harus tetap mengedepankan sikap rasional dan pragmatis, mengesampingkan pemikiran Perang Dingin dan logika permainan zero-sum, serta menghormati kepentingan inti dan kekhawatiran masing-masing. Dialog yang setara harus dijadikan jalan untuk menyelesaikan perbedaan. Alih-alih terus-menerus mengeluarkan laporan yang membesar-besarkan "ancaman Tiongkok", pihak AS sebaiknya kembali ke meja perundingan dan mengambil tindakan nyata yang lebih mendukung kerjasama ekonomi Tiongkok-AS dan stabilitas ekonomi global.

Globalisasi tetap menjadi tren utama dalam perkembangan dunia, dan model pembangunan yang tertutup serta unilateralisme telah terbukti tidak dapat bertahan dalam sejarah. Kerja sama terbuka adalah pilihan umum bagi komunitas internasional, dengan tingkat saling ketergantungan antar negara yang semakin tinggi. Kerja sama dan kemenangan bersama antar negara kini menjadi konsensus global. Sebagai dua peserta utama dalam perekonomian global, arah hubungan Tiongkok-AS tidak hanya akan memengaruhi perkembangan kedua negara, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang terhadap masa depan perekonomian dunia.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita