Ilmuwan Petakan Risiko Komet Antarbintang Menghantam Bumi, Lokasi Sekitar Khatulistiwa Paling Berisiko

Ilmuwan Petakan Risiko Komet Antarbintang Menghantam Bumi, Lokasi Sekitar Khatulistiwa Paling Berisiko

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO
- Penemuan obyek antarbintang (ISO) seperti Oumuamua dan 3I/ATLAS baru-baru ini memicu pertanyaan lama: seberapa besar ancaman yang mereka timbulkan bagi Bumi?

Meskipun para astronom menyimpulkan peluang hantaman dalam masa hidup kita sangat kecil, ilmuwan kini berhasil menghitung tempat dan waktu paling rentan di Bumi ditabrak oleh tamu antarbintang ini.

Para peneliti menegaskan bahwa perbedaan risiko antara waktu dan lokasi teraman dan paling rentan sangat kecil.

Kecepatan Relatif yang Mengerikan


Sudah jutaan tahun, Bumi dihantam oleh dampak kosmik besar, meskipun ribuan komet dan asteroid "lokal" telah tercatat mendekati Bumi.

Namun, ancaman dari obyek antarbintang berbeda.

Dr. Darryl Seligman dari Michigan State University, Dr. Dušan Mar?eta dari University of Belgrade, dan Dr. Eloy Peña-Asensio dari Politecnico di Milano menyelidiki jalur kedatangan obyek antarbintang dan menerjemahkannya ke zona ancaman di Bumi.

Mereka mencatat, kecepatan relatif yang lebih besar dari obyek antarbintang berarti obyek yang kecil dapat menimbulkan kerusakan sebesar obyek lokal yang lebih besar.

Kecepatan paling mungkin obyek antarbintang saat menghantam Bumi, relatif terhadap pergerakan Bumi, adalah 72 km/detik (162.000 mph).

Sebagai perbandingan, asteroid di orbit Matahari menghantam dengan kecepatan 11 km/detik hingga 73 km/detik.

Para ilmuwan memperkirakan antara 1 hingga 10 obyek antarbintang berdiameter sekitar 100 meter seharusnya telah menghantam Bumi sepanjang sejarahnya.

Ancaman Paling Mungkin dari Bidang Galaksi


Meskipun secara ketat obyek antarbintang dapat datang dari arah mana pun, kemungkinan besar pengunjung ini datang dari dekat bidang galaksi—yang dapat dikenali dengan melacak jalur Bima Sakti di langit—bukan dari lintang galaksi tinggi.

Hal ini karena sebagian besar bintang yang pernah diorbiti obyek antarbintang berada di bidang galaksi.

Meskipun obyek antarbintang tidak terikat oleh gravitasi Matahari, mereka tetap dipengaruhi olehnya.

Gravitasi Matahari ini memfokuskan orbit, terutama obyek yang bergerak lebih lambat saat pertama kali mendekat.

Menggunakan pola-pola ini, tim memodelkan perilaku 260 miliar "obyek sintetik" yang mengikuti distribusi probabilitas kedatangan.

Ekuator dan Musim Dingin Paling Rentan


Pemodelan mengungkap zona paling rentan terhadap hantaman obyek antarbintang:

Lokasi: Dampak paling mungkin terjadi di dekat khatulistiwa Bumi.
Waktu: Frekuensi hantaman memuncak pada musim dingin Belahan Bumi Utara—tepat ketika banyak penduduk lintang utara mencari kehangatan tropis.
Dampak Terbesar: Obyek yang bergerak paling cepat (yang menghasilkan ledakan terbesar) terkonsentrasi pada musim semi.

Secara mengejutkan, meskipun Bima Sakti paling menonjol di langit selatan, terdapat sedikit tingkat benturan yang diantisipasi lebih tinggi di Belahan Bumi Utara. 

Namun, para ilmuwan kembali mengingatkan bahwa peluang obyek seperti itu menghantam Bumi di musim apa pun tetap sangat kecil. Selain itu, perbedaan antara bulan paling rentan dan bulan teraman juga relatif kecil.

 "Membedakan kawah benturan antarbintang dari kawah benturan Tata Surya secara morfologis akan menjadi tantangan," catat para penulis, karena sebagian besar kawah benturan purba sudah terhapus oleh aktivitas tektonik atau atmosfer. Penelitian ini masih dalam proses peninjauan sejawat (peer review), namun naskah pracetaknya tersedia melalui arXiv.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita