GELORA.CO - Tifauzia Tyassuma yang akrab disapa dr Tifa kembali berbicara mengenai hubungan dirinya dengan Rismon Sianipar dan pakar telematika Roy Suryo pada Rabu (26/11/2025).
dr Tifa mengklaim dukungan masyarakat terhadap Roy Suryo, Rismon Sianipar dan dr Tifa (RRT) makin meluas.
Hal itu terjadi setelah ketiganya sebagai tersangka kasus tudingan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi).
"Justru sejak tanggal 7 November 2025 dimana kami ditetapkan sebagai tersangka, dukungan masyarakat semakin deras seperti banjir," kata dr Tifa dikutip dari akun X (Twitter) pribadinya @DokterTifa, Rabu (26/11/2025).
dr Tifa mengungkit adanya pihak yang menghembuskan RRT terpecah. Namun, ia tidak mengungkapkan siapa pihak yang dimaksud tersebut.
"Karena pihak mereka panik itulah maka RRT diisukan pecah!" tulisnya.
Bicara Tim Kuasa Hukum
Selain itu, dokter Tifa juga mengungkit persoalan tim hukum. Dimana, ia sempat menyampaikan sudah tidak didampingi oleh pengacara Ahmad Khozinudin.
Tifa pun menjelaskan sudah tidak lagi menjadi klien Tim Adovaksi Anti Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis (TAAKAA) sejak bulan Juni 2025.
Sementara, kata dokter Tifa, Roy Suryo dan Rismon tetap menjadi klien dari tim tersebut.
"Karena itu maka di bulan yang sama, saya membentuk Tim Kuasa Hukum Pribadi yang disebut Tim Pembela dr Tifa, terdiri atas 34 Lawyers," katanya.
Pada bulan Juli 2025 saat status mereka dinaikkan menjadi terlapor, dr Tifa menuturkan
Roy Suryo dan Rismon Sianipar bergabung.
"Maka Tim Pembela dr Tifa berubah nama menjadi Tim Pembela Penegak Keadilan (Tim PPK)," katanya.
"Jadi Roy Suryo dan Rismon punya dua tim pembela, yaitu Tim TAAKAA dan Tim PPK," tulis dokter Tifa.
"Sedang dr Tifa punya satu tim pembela, yaitu Tim PPK," sambung dokter Tifa.
Kemudian, kata dokter Tifa, Rismon Sianipar mencabut kuasa hukum kepada Tim TAAKAA sejak November 2025. Hal itu dilakukan setelah Rismon menjalani pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya serta pertimbangan yang matang.
"Sejak itu, Klien Tim TAAKAA tinggal Roy Suryo. Tim PPK tetap dengan klien RRT," kata dokter Tifa.
"Maka Roy Suryo tetap punya 2 Tim. Tim TAAKAA dan PPK. Rismon dan dr Tifa punya 1 Tim. PPK.
Tim TAAKAA Kliennya Roy Suryo. Tim PPK Kliennya Roy Suryo, Rismon, dan dr Tifa," tambah dokter Tifa.
Tifa pun kembali menjelaskan bahwa hubungan dirinya dengan Roy Suryo dan Rismon Sianipar tidak terpecah.
"Jadi RRT tidak pernah pecah. RRT insyaAllah selalu solid," kata dokter Tifa.
Klaim Anaknya Diteror
Selain itu, dokter Tifa juga mengklaim anaknya pernah diteror. Mengenai dugaan ancaman yang diterima keluarganya, Tifa mengatakan kartu tanda mahasiswa milik anaknya pernah disebar.
“Ketika ancaman-ancaman itu terjadi, baik dari diri saya maupun anak-anak, langsung saya viralkan, langsung saya sampaikan di podcast maupun di media TV. Dengan itu, ancaman berhenti dan saya ke Komnas HAM juga dan saya minta LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban)," kata Tifa dalam podcast yang tayang di kanal YouTube Bambang Widjojanto, Rabu, (26/11/2025).
Tifa menyebut ancaman itu kini telah berhenti. Namun, ketika terjadi, ancaman itu menurut dia luar biasa.
“Karena sampai kepada anak saya itu. Dia kos di apartemen. Artinya akses untuk naik itu terbatas, tapi kamar anak saya bisa dipotret. ‘Ini kamarnya anakmu ya, yang ini,’ tertanda juru tikam. Seram sekali, kan?” kata Tifa dikutip dari Tribunnews.com.
Selain teror seperti itu, menurut Tifa, ada beberapa kecelakaan aneh yang menimpa anaknya.
Lalu, dia menyebut ancaman-ancaman itu terjadi ketika masih ada banyak “termul”. Termul adalah istilah yang kerap digunakan oleh pihak yang kontra terhadap Jokowi untuk menyebut pendukung Jokowi.
“Pada saat itu terjadi, termul masih banyak sekali. Kalau sekarang, berdasarkan studi algoritma, termul tinggal 7 persen. Kepercayaan masyarakan terhadap kami 93 persen.
Menurut Tifa, ketika dia diperiksa, penyidik mempertanyakan kompetensinya dalam melakukan analisis wajah Jokowi. Lalu, Tifa mengklaim bisa melakukan analisis sebab dia adalah seorang dokter yang menggunakan ilmu dasar dokter, yakni anatomi, fisiologi, dan behaviour (perilaku).
“Saya analisis dari sisi jarak antarmata, kemudian bentuk hidung. Itu adalah kompetensi dasar seorang dokter,” ujarnya.
Lalu, untuk menegaskan kompetensinya, Tifa mengatakan dia adalah kandidat dua gelar doktor, yaitu doktor bidang ilmu kedokteran dan ilmu sosial politik.
Dengan menggunakan ilmu perilaku, Tifa menyebut telah meneliti perilaku Jokowi dan hasilnya dimasukkan ke dalam dalam buku Jokowi’s White Paper,
“Perilaku yang bersangkutan, pemilik ijazah yang jadi polemik itu, bicara di tahun 2017 dalam sebuah acara reuni. Ada aspek-aspek atau hal-hal yang menjadi data saya untuk saya terliti,” katanya.
Tifa berujar aspek itu misalnya peristiwa ketika Jokowi menyatakan dosen pembimbingnya di Universitas Gadjah Mada (UGM) adalah Ir. Kasmudjo. Namun, menurut Tifa, pernyataan Jokowi itu akhirnya dibantah sendiri oleh Jokowi.
“Nah, ini domain saya. Perilaku-perilaku seperti itu, ada tiga ilmu utama yang saya gunakan untuk pengujian,” ucap dia.
Ilmu yang pertama digunakan Tifa adalah assessment at distance.
“Jadi, bagaimana kita melakukan uji terhadap objek kajian kita dalam jarak. Ini secara teknologi mungkin dan sudah saya tuangkan dalam buku saya.”
Lalu, ilmu kedua adalah facial action coding system.
“Ini yang kemudian membuat alat uji kebohongan (lie detector) ketinggalan zaman. Facial action coding system adalah ilmu yang sudah ada aplikasinya. Bagaimana kita bisa meng-capture orang yang sedang bicara, apakah dia jujur atau bohong,” katanya.
Adapun ilmu yang terakhir adalah leadership trait analysis. Dia mengklaim jika leadership trait analysis dikembangkan dan digunakan, tidak akan ada pemimpin yang bisa berhohong dalam hal apa pun.
“Leadership trade analysis itu melakukan analisis terhadap kebiasaan-kebiasaan, terhadap pola-pola seorang pemimpin. Kita pakai studi kasusnya adalah ijazah,” ujarnya menjelaskan.
.jpg)