Poltekkes Mengedukasi Masyarakat Padang Pariaman Hadapi Tantangan Kesehatan TBC, Jantung, dan Stunting

Poltekkes Mengedukasi Masyarakat Padang Pariaman Hadapi Tantangan Kesehatan TBC, Jantung, dan Stunting

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, menghadapi tantangan kesehatan yang signifikan, mulai dari tingginya kasus tuberkulosis paru, meningkatnya penyakit jantung di usia produktif, hingga permasalahan stunting yang memerlukan penanganan lintas sektor. Untuk mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan Padang menggelar program Praktek Kerja Lapangan (PKL) Terpadu dengan pendekatan Interprofessional Education-Collaborative Practice (IPE-CP) di wilayah ini. Program ini melibatkan 810 mahasiswa semester akhir dan 96 dosen pembimbing yang bertugas memberikan edukasi, penyuluhan, dan intervensi kesehatan berbasis kearifan lokal selama tiga minggu.


Tuberkulosis paru (TB paru) menjadi salah satu fokus utama. Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini mudah menyebar melalui droplet saat penderita batuk atau bersin. Di Padang Pariaman, kasus TB paru masih tinggi, sehingga mahasiswa Poltekkes gencar mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menutup mulut saat batuk, menjaga ventilasi rumah, dan kepatuhan berobat hingga tuntas untuk mencegah resistensi obat. Edukasi ini dilakukan melalui penyuluhan door-to-door dan kampanye di posyandu, memastikan pesan kesehatan sampai ke akar rumput.

Selain TB, penyakit jantung yang semakin banyak menyerang usia produktif juga menjadi perhatian. Faktor risiko seperti pola makan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan stres menjadi pemicu utama. Mahasiswa Poltekkes mengajak masyarakat untuk mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan rendah lemak, berolahraga secara rutin, dan memeriksakan kesehatan secara berkala. Kegiatan senam jantung sehat dan sesi konsultasi gizi di nagari-nagari setempat mendapat sambutan antusias, terutama dari kelompok usia 15-54 tahun yang mendominasi kasus kesehatan di daerah ini.

Isu stunting, yang berdampak pada pertumbuhan anak dan kualitas sumber daya manusia di masa depan, juga tak luput dari perhatian. Stunting di Padang Pariaman dipicu oleh kurangnya asupan gizi, pola asuh yang kurang optimal, dan sanitasi yang perlu ditingkatkan. Melalui survei kesehatan dan workshop untuk ibu-ibu, mahasiswa memperkenalkan menu bergizi berbasis bahan lokal, pentingnya ASI eksklusif, serta sanitasi lingkungan untuk mencegah infeksi yang memperburuk status gizi anak.

Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis, menyambut baik inisiatif ini, menekankan bahwa kehadiran mahasiswa Poltekkes bukan hanya bagian dari proses akademik, tetapi juga kontribusi nyata bagi pembangunan kesehatan masyarakat. “Kami berharap edukasi dan intervensi ini dapat menekan angka TB, penyakit jantung, dan stunting, sekaligus membentuk tenaga kesehatan yang profesional dan berempati,” ujarnya saat membuka kegiatan PKL di Hall IKK Parit Malintang.

Program ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menciptakan masyarakat Padang Pariaman yang lebih sehat dan berdaya. Dengan kolaborasi antara Poltekkes Padang Pariaman, pemerintah daerah, dan masyarakat, tantangan kesehatan dapat diatasi secara berkelanjutan, menuju visi Indonesia bebas TB 2030 dan generasi emas tanpa stunting.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita