Eks Detektif China Ungkap Penyiksaan Keji terhadap Muslim Uighur: Digantung hingga Disetrum

Eks Detektif China Ungkap Penyiksaan Keji terhadap Muslim Uighur: Digantung hingga Disetrum

Gelora News
facebook twitter whatsapp




GELORA.CO - Seorang mantan detektif China mengungkap penyiksaan keji terhadap musim Uighur di Xinjiang saat ia ditugaskan ke wilayah itu beberapa tahun yang lalu. Si eks detektif yang tidak mau disebutkan namanya itu mengungkap semuanya dalam sebuah wawancara bersama CNN International baru-baru ini.

Jiang, nama samaran si mantan detektif itu mengungkap detail tentang apa yang dia gambarkan sebagai kampanye sistematis terhadap etnis Uighur di kamp tahanan di kawasan Xinjiang, China barat daya.

“Tendang mereka, pukul mereka (sampai mereka) memar dan bengkak. Sampai mereka berlutut di lantai sambil menangis,” kata Jiang sambil mengingat bagaimana dia dan rekan-rekannya dulu menginterogasi para tahanan Xinjiang, dikutip Kamis 7 Oktober 2021.

Jiang mengatakan, selama dia ditugaskan di Xinjiang, setiap tahanan baru yang datang dipukuli selama proses interogasi, tidak peduli itu pria, wanita maupun remaja 14 tahun.

Jiang menceritakan, banyak metode yang dipakai untuk menyiksa tahanan etnis Uighur, termasuk menggantungnya, melakukan kekerasan seksual, menyengat dengan sengatan listrik hingga waterboarding. Kata dia, narapidana juga sering dipaksa untuk tetap terjaga selama berhari-hari, dan tidak diberi makan atau minum.

“Setiap orang menggunakan metode yang berbeda. Beberapa bahkan menggunakan palang perusak, atau rantai besi dengan kunci. Polisi akan menginjak wajah tersangka dan menyuruhnya untuk mengaku,” kata Jiang.

Para tersangka dituduh melakukan pelanggaran teror, kata Jiang, tetapi dia sendiri yakin bahwa orang-orang itu tidak ada yang melakukan tindak kejahatan.

“Mereka adalah orang-orang biasa,” katanya.

Menggambarkan waktu sebagai ‘periode pertempuran,’ Jiang mengatakan para pejabat memperlakukan Xinjiang seperti zona perang, dan petugas polisi diberitahu bahwa orang Uyghur adalah musuh negara.

Jiang mengatakan jika dia menolak proses itu, dia juga akan ditangkap. Di dalam pusat penahanan polisi, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan pengakuan dari para tahanan, dengan penyiksaan seksual sebagai salah satu taktiknya, kata Jiang.

“Jika Anda ingin orang mengaku, Anda menggunakan tongkat listrik dengan dua ujung tajam di atasnya. Kami akan mengikat dua kabel listrik di ujungnya dan memasang kabel di alat kelamin mereka saat orang itu diikat.” tutur Jiang.

Jiang mengakui bahwa dia sering harus berperan sebagai polisi jahat selama interogasi tetapi mengatakan dia menghindari kekerasan terburuk, tidak seperti beberapa rekannya.

“Beberapa orang melihat ini sebagai pekerjaan, beberapa yang lainnya psikopat,” katanya.

Salah satu tindakan yang sangat umum dari penyiksaan dan dehumanisasi adalah penjaga memerintahkan tahanan untuk memperkosa dan menyiksa narapidana laki-laki yang baru, kata Jiang.

Jiang kaget pertama kali ke Xinjiang

Pertama kali dikerahkan ke Xinjiang, Jiang si mantan detektif mengatakan bahwa dia sangat ingin melakukan perjalanan ke sana untuk membantu meredam ancaman teror yang dikatakan dapat mengancam negaranya, China. Selain itu, setelah lebih dari 10 tahun di kepolisian, dia juga tertarik untuk promosi.

Dia mengatakan bosnya telah memintanya untuk mengambil jabatan itu, mengatakan kepadanya bahwa “pasukan separatis ingin memisahkan diri dari tanah air. Kita harus membunuh mereka semua.”

Jiang mengatakan dia dikerahkan tiga atau empat kali dari posnya yang biasa di China daratan untuk bekerja di beberapa wilayah Xinjiang selama puncak kampanye anti-teror ‘Strike Hard’ China.

Namun ketika tiba di Xinjiang, Jiang jadi kecewa dengan pekerjaan barunya itu, juga tujuan dari tindakan keras tersebut.

“Saya terkejut ketika saya pergi untuk pertama kalinya. Ada pemeriksaan keamanan di mana-mana. Banyak restoran dan tempat umum tutup,” cerita dia.

Selama operasi rutin, Jiang mengatakan mereka akan diberikan daftar nama orang yang akan dikumpulkan, sebagai bagian dari perintah untuk memenuhi kuota resmi jumlah orang Uyghur yang akan ditahan.

“Semuanya direncanakan, dan memiliki sistem. Semua orang harus mencapai target,” kata Jiang.

“Kami mengambil (mereka) semua secara paksa semalaman. Jika ada ratusan orang di satu daerah di daerah ini, maka Anda harus menangkap ratusan orang ini,” ujarnya.

Dia mengatakan tim polisi juga akan menggeledah rumah-rumah penduduk dan mengunduh data dari komputer dan telepon mereka.

Taktik lain adalah menggunakan komite lingkungan di daerah itu untuk memanggil penduduk setempat bersama-sama untuk bertemu dengan kepala desa, sebelum menahan mereka secara massal.

Jiang yang kini berada di pengasingan di Eropa mengatakan keluarganya masih berada di China. Dia pun mengaku tidak berani untuk pulang ke negaranya.

“Mereka akan memukuli saya setengah mati. Saya akan ditangkap. Akan ada banyak masalah.” [hops]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita