Jokowi Minta Polisi Tak Asal Tangkap, Ingatkan soal HAM

Jokowi Minta Polisi Tak Asal Tangkap, Ingatkan soal HAM

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Presiden Joko Widodo meminta Polri untuk bersikap bijaksana sebelum melakukan penangkapan hingga penggeledahan terkait suatu dugaan kasus. Pesan itu ia sampaikan dalam perayaan Hari Bhayangkara ke-75.

Jokowi ingin Polri benar-benar presisi dalam menjalankan wewenang yang dimiliki. Dia berkata kepolisian wajib akurat dalam membuat setiap keputusan.

"Saya ingatkan penggunaan kewenangan Polri melakukan penangkapan, melakukan penahanan, melakukan penggeledahan, melakukan penyitaan, dan seterusnya harus dilakukan secara bijak, harus dilakukan secara bertanggung jawab," kata kata Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (1/7).

Polri, kata Jokowi, bukan hanya tampil tegas dan pandang bulu. Menurutnya, para Bhayangkara juga perlu tampil sebagai pengayom dan pelindung masyarakat.

Untuk itu, Jokowi berharap kepolisian perlu merujuk perundang-undangan saat membuat kebijakan. Kepolisian juga diminta menjunjung tinggi norma yang berlaku di masyarakat.

"Ingat bahwa negara adalah negara Pancasila, negara demokrasi, negara yang menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia," ucap Jokowi.

Jokowi menilai harapan-harapan itu hanya bisa terwujud jika Polri melakukan pembenahan sumber daya manusia. Dia berkata pembenahan harus dilakukan mulai dari tahap perekrutan.

"Rekrutmen, pendidikan, dan promosi harus dilakukan secara transparan dan akuntabel, harus mencari karakter yang sesuai dengan tugas-tugas Polri dan harus menguasai perkembangan Iptek terbaru," tuturnya.

Sejak Juni 2020-Mei 2021, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menemukan 651 kasus kekerasan oleh Polri terjadi di Indonesia yang diperoleh berdasarkan kanal media informasi, advokasi, serta jaringan di daerah.

Perkara yang terjadi cenderung beragam, mulai dari salah tangkap warga sipil, penyiksaan terhadap kriminal, pembunuhan, pembubaran massa aksi, intimidasi, hingga penembakan. Korban pun beragam, mulai dari warga biasa, dosen, aktivis, hingga anak di bawah umur. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA