Syafii Maarif Kesiangan, Negara Mau Tenggelam Dikatakan Oleng

Syafii Maarif Kesiangan, Negara Mau Tenggelam Dikatakan Oleng

Gelora News
facebook twitter whatsapp


Penulis: Asyari Usman

Alhamdulillah. Meskipun sudah kesiangan, hampir zuhur, Syafii Maarif akhirnya terbangun juga. Kemarin, mantan ketua PP Muhammadiyah itu berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bukan surat yang berisi marah-marah. Hanya perasaan sedih beliau. Lebih tepat keprihatinan terhadap penanganan wabah Covid-19.

Pak Syafii menyurati Jokowi pada saat korban tenaga medis semakin tak terkendali. Sudah 115 dokter meninggal dunia karena tertular virus Corona. Ada tujuh profesor di antara 115 itu. Tenaga kesehatan lainnya, lebih banyak lagi.

“…plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula,” tulis Syafii.

Beliau sengaja menyebutkan kepada Jokowi bahwa dirinya adalah salah seorang yang tertua di negeri ini. Barangkali dimaksudkan untuk menyentuh hati junjungan beliau itu agar Jokowi serius menanggapi imbauannya. Pak Syafii mengimbau supaya Presiden memerintahkan kepada Menkes untuk menolong nyawa para dokter semaksimal mungkin.

Sebetulnya, isi surat Syafii itu biasa-biasa saja. Namun, karena itu ditulis oleh salah seorang mentor yang paling dihormati Jokowi (kalau pun iya paling dihormati), diperkirakan akan diperhatikan. Akan ada dampaknya terhadap cara pemerintah menangani pandemi Covid-19.

Perlu kita cermati surat singkat Syafifi Maa’rif itu. Yang pertama dan paling utama adalah deskripsi beliau tentang kondisi negara pada saat ini. Syafii menggunakan narasi “negara akan oleng”. Ini adalah sindiran ‘ghaib’ Pak Syafii. Maksudnya, sindiran halus. Sindiran yang tak berwujud. Semoga saja Jokowi paham. Tapi, bersiap-siap saja kalau beliau akhirnya tak paham.

Bisa jadi Pak Syafii tak sampai hati menyebutkan situasi yang sebenarnya. Atau, boleh jadi pula Buya (panggilan untuk Pak Syafii) belum basuh muka dengan sempurna ketika beliau hanya menyebutkan “negara akan oleng”. Padahal, “negara sedang tenggelam”. Bukan “akan oleng”.

Mungkin juga sebutan “negara akan oleng” itu diucapkan Buya karena beliau bangun kesiangan terburu-buru. Belum selesai ‘download’ semua detail situasi terkini. Sehingga terasa kurang ‘nyambung. Tapi, tidak apa-apalah.

Kita tunggu saja ‘download’-nya usai. Mungkin nanti Buya akan memperbaiki narasi “akan oleng” itu. Para pembantu Buya perlu lebih sering meng-update beliau. Supaya beliau nanti tidak terlambat mencari pelampung.

Jangan sampai kapal tenggelam hingga ke dasar laut, Pak Syafii masih teriak-teriak “kapal oleng”. Bagus kasih beliau sarapan dulu sebelum berkomentar. (*)

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA