Stok Darah Habis, Diana “Dibiarkan” Meninggal Saat Melahirkan

Stok Darah Habis, Diana “Dibiarkan” Meninggal Saat Melahirkan

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Diana Kalalo meninggal dunia akibat kehabisan darah saat proses persalinan di RS Bethesda, Tomohon, Sulawesi Utara (Sulut).

Nyawa Diana tak bisa diselamatkan lantaran stok darah di RS Bethesda habis. Keluarga telah berusaha mencari darah, tapi hasilnya nihil.

Keluarga Diana pun emosi. Mereka menyesalkan pihak rumah sakit yang tidak memiliki stok darah.

Kerabat korban, Agustin Kalalo mengatakan, korban selesai menjalani proses persalinan pada Rabu (5/6) sekitar pukul 15.00 WITA.

“Korban sudah dalam kondisi kritis dan untuk memacu jantungnya terus berdetak, perawat harus memompa pasien. Sementara itu, ada 3 dokter yang harusnya menjalankan tugasnya hanya duduk manis,” keluh Agustin.

Agustin menambahkan, pihaknya telah berupaya mencari darah ke PMI guna menyelamatkan korban. Namun keluarga korban harus berhadapan dengan peliknya birokrasi di PMI Kota Tomohon.

“Nanti saya telepon Ibu SAS baru diberikan kantong darahnya. Tapi, akhirnya upaya kita ini sia-sia, nyawa korban tak tertolong lagi,” imbuhnya, sebagaimana diberitakan Manado Post (grup Jawa Pos/Pojoksatu.id), Sabtu (8/6).

“Memang, hidup mati di tangan Tuhan. Tapi Tuhan memberikan kesempatan dan waktu untuk berusaha,” tambahnya.

Agustin juga menyayangkan lantaran tidak ada dokter kandungan yang standby saat Diana menjalani persalinan.

“Kami hanya minta dilayani dengan baik, apakah itu salah? Hal ini harusnya menjadi perhatian semua pihak, utamanya pemerintah,” katanya.

Menurut Agustin, memberikan dan menjamin pelayanan publik yang maksimal kepada warganya adalah tugas pemerintah.

Dikonfirmasi, PMI Kota Tomohon melalui Bidang Teknis Unit Transfusi Darah, Barly Wowor menampik pernyataan keluarga korban.

Barly Wowor mengatakan, sesuai dengan prosedur, keluarga dan rumah sakit wajib mengantisipasi segala kemungkinan terburuk.

“Kasus kematian ibu karena melahirkan bukan kali pertama. Dan selayaknya juga keluarga, utamanya rumah sakit memperhitungkan semua resiko yang bisa saja muncul,” imbuhnya.

Barly Wowor mengklarifikasi tudingan keluarga korban yang menyebut proses administrasi di PMI sangat ribet.

“Nah, saya mencoba meluruskan soal permintaan darah yang katanya tidak kita penuhi. Bukan karena kita tidak membantu orang. Tapi, di saat yang bersamaan, darah yang diminta itu milik keluarga lain,” katanya.

“Dan kantung darah itu, didonorkan dari keluarga pemilik darah. Setelah keluarga korban bersedia untuk mengganti, baru kita berikan. Berpapasan memang stok darah yang diminta itu kosong, kami juga sebelumnya sudah merujuk keluarga korban untuk mencoba ke PMI Manado,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur RS Bethesda Frangky Kambey yang dihubungi belum bisa menjelaskan kasus tersebut.

Kendati demikian, Frangky Kambey berjanji akan mengecek langsung kejadian tersebut.

“Ok, nanti saya cek dulu di komite medik dan keperawatan,” katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Daerah Kota Tomohon dr Deissje Liuw belum bisa dikonfirmasi terkait kejadian itu.[psid]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA