Mana Pekikmu, Jenderal?

Mana Pekikmu, Jenderal?

Gelora News
facebook twitter whatsapp

*Penulis: M. Nigara (Wartawan Senior)

HARI-hari akhir segera datang. Proses panjang tentang Pemilu dan Pilpres 2019, akan menemui titiknya. Kegelisahan, khususnya bagi mereka yang menginginkan perubahan, juga akan menemui klimaknya. Menyeruak di relung hati, di relung dada.

Korban terkait semua proses itu jumlahnya tidak sedikit. Sekitar 700 berpulang kehadirat Ilahi. Hingga hari ini, tak ada satu pun penjelasan medis kecuali sepotong kalimat sumir: kelelahan.

Berdasar berita media massa, tak kurang dari sembilan orang tewas dengan tudingan sebagai perusuh, 21/22 Mei. Bahkan berseliweran isu yang katakan jumlah tewas lebih banyak dari itu. Sekali lagi, tak ada penjelasan konkret mengapa ada tiga bocah ikut tewas. Ribuan lainnya yang bertugas di KPPS, menderita sakit, ada yang sudah pulih, ada yang masih sakit. Sekali lagi, tak ada rekam medis kecuali sepotong kalimat sumir tadi: “mereka kelelahan!”.

Miliaran bahkan sangat mungkin ratusan miliar rupiah telah digelontorkan, bukan dari pihak tertentu, tapi murni dari kocek rakyat yang ingin perubahan. Berliter-liter peluh ikut membanjir, bergunung-gunung doa dipersembahkan. Semua dilakukan secara tulus untuk menjemput perubahan. Beberapa tokoh ditahan dan dituding dengan makar.

Tak ada keluh, tak ada sesal. Semua dilakukan semata-mata berharap perbaikan. Semua ikhlas untuk perubahan.

Namun, di manakah engkau, Jendral? Mana pekikmu, Jendral? Mana lakonmu, Jendral? Mana timbul dan tenggelammu bersama rakyat, Jendral? Mana surat wasiatmu, Jendral?

Sunyi, senyap. Itu yang kami lihat. Lupakah engkau pada kami, Jendral? Atau, diam-diam engkau kibarkan bendera putih? Nauzubillah.

Jendral, saat ini, kami butuh pekikmu. Kami butuh kata-katamu. Kami ingin engkau menjawab teriakan tentang perjuangan. Kami ingin kita sama-sama mengatakan: “Tidak, tidak pernah ada perjanjian tersembunyi!”

Derek Redmond

Saya tak memilih contoh tentang perjuangan Rasul dan Ulama, terlalu tinggi. Saya pilihkan perjuangan seorang atlet berkulit hitam yang tak kenal menyerah.

Mengapa dunia olahraga? Karena engkau adalah tokoh olahraga yang berhasil menduniakan olahraga silat. Engkau amat dekat dengan dunia olahraga. Saya ingin contoh ini langsung mengena di dadamu, di hatimu, di pikiranmu, di ragamu, di nafasmu, Jendral.

Di dunia atletik tidak ada yang tak mengenal Derek Redmond, atlet Inggris kelahiran 1965. Berbagai gelar, Inggris, Persemakmuran, Eropa dan dunia sudah ia koleksi. Prestasinya luar biasa.

Derek menperoleh penghargaan khusus dari IOC, saat Olimpiade Barcelona 1992. Ia tidak memperoleh medali apa pun di kelas 400 meter. Tapi, kisahnya lebih tinggi harganya dari sekedar medali emas.

Dalam partai final, Derek sedang berpacu dengan Quincy Watts (gold), Steve Lewis (silver) keduanya dari Amerika. Namun tiba-tiba _cedera hamstring_ menyergapnya. Derek terjatuh. Semua pelari meninggalkanya. Ia coba bangkit dan berlari kecil. Tapi rasa sakit menyergap begitu dahsyat.

Derek kembali berdiri dan ia lawan rasa sakit. Sang Ayah pun datang ikut memapahnya. Beberapa kali petugas medis menghampiri, tapi sang Ayah mengusirnya.

“Aku harus sampai finis….,” bisiknya di antara rasa sakit yang dahsyat.
“Ayo nak, kamu pasti bisa,” jawab sang Ayah.

Drama itu disaksikan miliaran pasang mata di dunia. Setelah bersusah payah, mengalahkan rasa sakit yang luar biasa, Derek yang dibantu sang Ayah sampai juga di garis finis. Sekitar 65 ribu penonton mengelu-elukannya. Miliaran pasang mata, basah karena air mata haru dan bangga. Sang juara pun menghampiri dan memeluknya.

Ingat itu, Jendral? Saat ini, kami mengajakmu untuk menjadi Derek Redmond itu. Kami ingin memapahmu hingga garis finis.

Tapi, di manakah engkau, Jendral? Di mana semangatmu, Jendral? Di mana timbul dan tenggelammu, Jendral?

Lihat Jendral, garis finis sudah di depan mata. Bangkit, Jendral! Lihat kami masih ada di sekitarmu!
Sejauh ini, semua tau, kita begitu luar biasa, Jendral!!! (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita