Misteri Penetapan Hasil Pilpres 2019

Misteri Penetapan Hasil Pilpres 2019

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

Rekapitulasi suara hasil Pemilu 2019 sdh ditetapkan oleh KPU pada Selasa dinihari, 21 Mei 2019.

Untuk pilpres, paslon Jokowi – Ma’ruf Amin dinyatakan menang dgn perolehan suara 55,5% dan Prabowo – Sandi kalah dgn suara 44,5%. Selisih besar 11%. Nyaris sama (mengikuti) hasil hitung cepat lembaga2 survei.

Penetapan ini menyisakan misteri dan tanda tanya besar yg mungkin baru akan terjawab lewat perjalanan bangsa ini dlm waktu dekat atau dlm waktu2 mendatang.

Misteri itu adalah:

1. Pada Pilpres 2014, ketika Jokowi masih populer dan Prabowo berpasangan dgn Hatta Rajasa, Jokowi hanya unggul 6% suara dari Prabowo (53% : 47%). Kini setelah popularitas Jokowi merosot krn janji2 yg tidak dipenuhi dan kebijakan pemerintahannya yg tidak pro rakyat (pribumi) dan tidak pro Islam, dia masih menang dgn selisih suara yg melonjak (11%). Logiskah?

2. Ketika pada 17 April dinyatakan unggul lewat hitung cepat, kubu 01 tidak menampakkan kegembiraan sama sekali. Ada apa? Setelah menang hitung cepat kok malah menekan dan represif thdp kubu 02 dan warga yg kritis dgn menangkapi orang2 yg pendapatnya berseberangan dgn pemerintah. Mereka dituduh makar. Bahkan dr. Ani Hasibuan yg hanya mengusulkan investigasi atas kematian ratusan KPPS dan petugas pemilu serta ribuan lainnya yg sakit langsung ditetapkan sbg tersangka perbuatan onar. Smntr kasus kematian itu sendiri dibiarkan tanpa penyelidikan. Otopsi dilarang. Kenapa hrs ditutupi?

3. Kasus DPT tuyul 17,5 juta, kertas suara yg dicoblos sblm pemilu di Malaysia, berbagai manipulasi dan kecurangan selama tahapan pencoblosan dan penghitungan suara yg terang benderang dan diungkap rakyat lewat medsos, termasuk Situng KPU yg sdh dinyatakan menyalahi prosedur oleh Bawaslu, tdk ada sanksi hukum dan tdk jelas kelanjutannya. Pertandingan berjalan seperti tanpa wasit. Normalkah?

4. Pihak2 yg berpotensi mengungkap skenario manipulasi dan kecurangan pilpres dibungkam. Seorang Hairul Anas yg cuma bikin robot pemantau Situng KPU diretas hp-nya. ILC TVOne distop. Hampir seluruh media mainstream dilarang mengkritik pemerintah. Berita hanya boleh yg “baik2 saja”. Kenapa rakyat dicegah mendapat informasi yg benar?

5. Pikiran dan panca indra kita mungkin tertutup utk bisa membuktikan skenario dan tabir kebrutalan pilpres kali ini. Tapi hati kita tdk pernah buta dan bohong utk bisa merasakan anomali dan aroma ketidakjujuran, ketidakadilan, dan ketidakterbukaan pilpres kali ini. Beranikah bertanya pada hati nurani masing2?

Percayalah, bila kebenaran datang yg batil pasti akan lenyap. Mari kita terus perjuangkan kebenaran demi masa depan anak cucu kita dan utk mencegah Indonesia menjadi negara bagian RRC. (*)

*Penulis: Ibnu Sabil (Pemerhati politik dan demokrasi)
[swa]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita