Menko Darmin: Kalau Enggak Ada Impor Beras Tahun Ini, RI Tewas

Menko Darmin: Kalau Enggak Ada Impor Beras Tahun Ini, RI Tewas

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menegaskan, impor beras yang telah dilakukan pemerintah pada tahun ini, pada dasarnya telah menyelamatkan Indonesia dari berbagai persoalan yang bisa timbul akibat kekurangan beras.

Dia juga memastikan, surplus beras yang dikatakannya pada tahun ini sebesar 2,85 juta ton, atau lebih rendah dari rata-rata surplus tahun-tahun sebelumnya yang sebesar 20 juta ton, pada dasarnya mampu mengamankan produksi beras pada tahun ini akibat adanya izin impor yang diberikan kepada Bulog sebesar 2 juta ton pada 2018.

"(Stok aman) karena kita impor. Kalau enggak ada impor, tewas," katanya saat ditemui di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin 22 Oktober 2018.

Terlebih, lanjut dia, berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik yang dilakukan bersama Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Lapan terkait produksi beras pada tahun ini, mengalami perbedaan data dengan Kementerian Pertanian yang mencapai selisih lebih rendah sebesar 31 persen.

Adapun data terbaru yang diungkapkan BPS tersebut, kata dia, produksi beras yang didasari atas luas lahan baku dan lahan panen mencapai 32,4 juta ton. Sementara itu, untuk data konsumsi beras masyarakat pada tahun ini mencapai 29,6 juta ton, sehingga menghasilkan surplus produksi beras 2,85 juta ton.

"Konsumsinya per kapita 111 kilogram per kapita setelah digabung dengan kebutuhan catering, restoran, kue-kue, menjadi 29,6 juta. Sehingga produksi beras kita tahun ini 31 persen di bawah data yang dipakai Kementerian Pertanian," paparnya.

Karena itu, dia mengatakan, jika impor tersebut tidak dilakukan maka cadangan beras dipastikannya akan habis. Sebab, di awal 2018 saja, diungkapkannya stok beras dalam kondisi yang sangat rendah, akibat produksi yang rendah dan keharusan petani untuk menyimpan produksi beras untuk kebutuhan pribadinya sebesar lima sampai 10 kilogram setahun.

"Surplus 2,85 juta. Surplus itu, petani ada 14 juta keluarga. Itu sepertiga saja, enggak jual semuanya. Kalau dia simpan 200 kilogram setahun, itu mungkin habis. Jadi ada yang belum dihitung, setelah jadi, beras sudah dihitung susut konversinya kalau sudah jadi beras masih ada susut, loses. Enggak semua dimakan, ada yang rusak enggak bisa dimakan. Surplus 2,85 juta enggak ada artinya. Malah untuk tetep loses enggak ada di market," paparnya. [viva]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA