Air Mata Titiek Hantar Prabowo Keluar Cendana

Air Mata Titiek Hantar Prabowo Keluar Cendana

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -  Kisah hidup Calon Presiden Prabowo Subianto yang kerap dituding kabar negatif terkait peristiwa Mei 1998, selang puluhan tahun jadi konsumsi publik Indonesia.

Di sisi lain, ada sebuah kisah kehidupan Prabowo Subianto yang sangat jarang diceritakan. Kisah cinta antara dia dengan Siti Hediati Hariyadi, Putri Presiden RI ke-2, Soeharto. Khususnya saat menghadapi masa kelam Mei 1998. Meski demikian, kisah ini masih melekat di ingatan KH Idris Sambo, guru mengaji Prabowo. Ia pun membagikan kisah itu kepada INILAHCOM.

"Saat meledak peristiwa Mei 1998, Letjen (Purn) Prabowo Subianto tiba-tiba dipersalahkan atas kasus yang tidak pernah ia lakukan. Prabowo Subianto dituduh melakukan serangkaian pelanggaran HAM," katanya, Sabtu (6/10/2018).

Pada kondisi dilema, keluarga cendana menuduh dia adalah pengkhianat keluarga cendana, dia harus diusir dan harus ceraikan mbak titiek.

"Sebagai wanita tak ada yang bisa dilakukan Titiek pada masa itu selain kembali harus menumpahkan air mata. Putri Soeharto ini tak berhenti menangis. Suami yang sangat dicinta saat itu tengah berada dalam kondisi terfitnah. Dan ironisnya, keluarga besarnya tidak berpihak pada suaminya," paparnya.

Posisi Prabowo kala itu disebutnya sangat tidak menguntungkan. Prabowo bersama sejumlah petinggi militer lain yang telah mati-matian mempertahankan stabilitas keamanan entah bagaimana ceritanya, justru menjadi difitnah akan menggulingkan kekuasaan Soeharto. Alasannya, karena Prabowo dekat dengan sejumlah tokoh reformis macam Amin Rais.

"Sementara Titiek tak dapat berbuat banyak. Ia berada dalam kungkungan sebuah keluarga militerisme yang notabene hanya tunduk pada satu perintah. Dan Si pemilik perintah adalah ayahnya. Tak pernah terbayang seumur hidupnya, perjalanan rumah tangganya akan berakhir tragis sedemikian rupa. Putranya, Didiet jelas akan sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada ayahnya," paparnya.

Apa yang ditakuti Titiek, akhirnya menjadi kenyataan. Pada tanggal 20 Mei 1998, Prabowo diusir dari Cendana.

"Sandiwara tragis sedang berlaku di negeri ini. Prabowo, di mata rekan militer, ia banyak didengki perwira tinggi karena miliki segudang keajaiban prestasi dan beraliran putih. Di mata Soeharto yang tak lain adalah mertuanya ia dituduh pengkhianat karena pro rakyat. Sementara di mata rakyat Prabowo diklaim sebagai kaki tangan Soeharto. Sedangkan ia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk membela diri," paparnya.

Prabowo kala itu benar-benar berada dalam kondisi terjepit. Setelah apa yang ia lakukan selama ini untuk negeri, bangsa dan tanah air. Setelah apa yang ia perbuat selama hidupnya untuk militer, dan setelah apa yang ia korbankan untuk rakyat, kini ia malah dikeroyok beramai-ramai.

"Yang tak dapat dipercaya adalah bagaimana sejumlah perwira tinggi dengan tega hati menyebarkan isu kepada masyarakat bahwa dirinya adalah penanggung jawab dari seluruh rangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang Mei 1998. Sungguh, itu adalah pembunuhan karakter yang sangat keji!" tegasnya.

Tak hanya sampai disitu, dan ini menjadi bukti kejahatan fitnah. Prabowo pun ditamatkan karirnya pada 25 Mei 1998. Prabowo yang selama ini sudah mengorbankan seluruh jiwa dan raganya untuk bangsa Indonesia, tiba-tiba harus mengalami ujian yang sangat-sangat pahit.

"Dicopot dari seragam militer yang selama ini menjadi kebanggaannya, dipisahkan dari anak dan istrinya yang selama ini sangat disayanginya, dan dipojokkan oleh bangsanya yang selama ini sudah dibelanya. Posisinya kala itu benar-benar hancur," bebernya.

"Sebagai seorang istri, Titiek Soeharto tau saat itu suaminya hanya sebagai korban fitnah, tapi tak bisa berbuat banyak. Lagi-lagi hanya air mata yang menjadi luapan perasaannya kala itu," sambungnya.

"Dengan keikhlasan di bawah tekanan keluarga militer, mbak titiek tidak punya pilihan selain harus pasrah dengan keadaan, harus rela melepas laki-laki yang selama ini sangat dicintainya," pungkasnya. [inc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita