Mahfud MD: Kasus Meiliana Ranah Yudikatif, Tak Bisa Diintervensi

Mahfud MD: Kasus Meiliana Ranah Yudikatif, Tak Bisa Diintervensi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Vonis 18 bulan harus diterima Meiliana seorang ibu rumah tangga di Tanjung Balai Sumatera Utara, karena menceritakan ihwal suara azan kepada tetangganya.

Nasib yang dialami Meiliana ini menjadi perbincangan tersendiri di kalangan masyarakat Indonesia. 

"Vonis untuk Ibu Meliana sekarang sudah masuk ranah pengadilan (yudikatif), tak bisa diintervensi oleh Presiden (eksekutif)," ujar pakar hukum tata negara, Mahfud MD lewat akun Twitternya @mohmahfudmd, Kamis (23/8).

Kicauan Mahfud ini menanggapi warganet yang berkicau agar mantan Ketua MK berbisik kepada Presiden Jokowi seperti kasus santri Madura korban begal di Bekasi.

"Beda dengan kasus begal terhadap santri dari Madura di Bekasi, waktu itu masih dijadikan tersangka," jelasnya. 

Menurut Mahfud, untuk kasus Meliana, sekarang bisa diperjuangkan di yudikatif dengan banding dan kasasi.

Meiliana sendiri dianggap menghina agama setelah mengeluhkan volume suara azan yang dinilainya terlalu keras. Perkara ini berawal dari keluhan Meiliana, warga Tanjung Balai, Sumatera Utara, kepada tetangganya.

"Kak tolong bilang sama uwak itu, kecilkan suara masjid itu kak, sakit kupingku, ribut," kata Meiliana kepada tetangga seperti yang dibacakan dalam tuntutan jaksa.

Setelah itu, tetangga meneruskan ke pengurus masjid, yang kemudian mendatangi rumah Meiliana. Namun tanpa diduga pertemuan tersebut membuat masalah jadi kian rumit, lalu menggelinding bak bola salju.

Keluhan terdakwa ditanggapi masyarakat muslim Tanjung Balai dengan membakar 14 vihara umat Buddha. Pihak keluarga sempat meminta maaf. Namun upaya rekonsiliasi bertepuk sebelah tangan. [rmol]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita