Tak Sengaja Bertemu Nelayan di Tengah Laut, Menteri Susi Langsung Borong Udang Seharga Rp 1 Juta

Tak Sengaja Bertemu Nelayan di Tengah Laut, Menteri Susi Langsung Borong Udang Seharga Rp 1 Juta

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, terekam kamera membeli udang dari nelayan yang tak sengaja ditemuinya saat hendak menuju ke Muara Baru, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Video kegiatan jual-beli tersebut diunggah oleh akun Twitter resmi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP RI), @kkpgoid, Minggu (22/7/2018).

Dalam video singkat tersebut, Susi tampak luwes menawar udang yang ditangkap oleh nelayan.

"Piro sak mene? Pirang kilo, rong kilo? (Berapa segini? Berapa kilo, dua kilogram?)," ujar Susi.

"Limang atus ewu (lima ratus ribu) oleh? Limang atus ewu yo? Lima ratus ribu ini diambil," imbuhnya.

Namun saat hendak membayar, staf Susi justru memberikan uang sebesar satu juta rupiah kepada Sang Menteri.

"Ya sudah satu juta. Tak ke'i sak juta iki itung. (Ku beri satu juta ini hitung)," ucapnya.

"Sing limang atus sedekah ya (Yang lima ratus ribu sedekah ya)," imbuh Susi.

"Berkah iki, yo berkah, lumayan, Alhamdulillah, wih apik-apik (Berkah ini, lumayan, Alhamdulillah, bagus-bagus udangnya),"jawab nelayan.

Pesan Susi untuk nelayan

Selain membeli udang, Susi juga memberikan nasihat kepada para nelayan.

Menteri yang biasa tampil 'nyentrik' ini meminta kepada para nelayan agar membaca 'Salawat' sebelum menebar jaring di lautan.

"Sampeyan nek arep buang jaring moco Solawat (Anda kalau mau menebar jaring baca Salawat)," kata Susi.

"Karo Bismillah (Sama Bismillah)," sahut nelayan.

"Nek Bismillah tok opo cukup? (Kalau Bismillah saja apa cukup?),"tambah Susi.

Simak videonya di bawah ini.


Kepada Susi, para nelayan itu mengaku berasal dari Cirebon.

Mereka terpaksa melaut hingga ke perairan Jakarta karena udang di Cirebon telah habis.

Susi kemudian memberi nasihat kepada para nelayan agar tidak menggunakan cantrang untuk mencari ikan di laut.

Pasalnya, penggunaan cantrang dapat merusak ekosistem laut dan tidak ramah lingkungan.

"Wong Cirebon diomongi ojo nganggo cantrang. Jane nek kabeh nganggo koyok iki, Cirebon kan udange akeh banget (Orang Cirebon dibilangin jangan pakai cantrang, Jika semuanya menggunakan jaring, Cirebon akan banyak sekali udangnya)," ujar Susi.

"Rajungan, udang, saiki ra ono. (Rajungan, udang, sekarang tidak ada)."

"Nek Ibu ngomong ora podo percoyo. (Kalau Ibu ngomong tidak pada percaya)," tutupnya.

Simak video percakapan Susi dengan para nelayan di bawah ini.




Diberitakan sebelumnya, kedatangan Menteri Susi ke Muara Baru, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta, merupakan rangkaian acara untuk memperingati Hari Mangrove sedunia yang jatuh pada 26 Juli 2018.

Dilansir dari Kompas.com, di acara tersebut Susi ikut serta dalam aksi penanaman di kawasan hutan mangrove atau bakau yang ada di Pulau Pari, Kepulauan Seribu.

Ia menanam lima mangrove bersama beberapa tokoh masyarakat di sana dengan disaksikan warga sekitar.

"Tadi kita tanam mangrove dan mereka juga tanam bagus. Saya agak surprise dengan kesadaran mereka dengan mangrove besar sekali," kata Susi di lokasi.

Susi memuji semangat warga Pulau Pari dalam terus menambah tanaman pada hutan mangrovenya.

Namun, ia menyayangkan, dalam penanaman mangrove selama ini tidak dibentuk kanalisasi untuk pengairannya.

"Tapi sudah saya anjurkan untuk buat kanal-kanal. Belak-belok agar airnya. Karena bakaunya nanti kurang air lama lama," kata dia.

Susi menyampaikan pentingnya penanaman mangrove untuk menjaga ekosistem pesisir dan jauh dari abrasi.

Ia berharap, masyarakat sadar akan keberadaan mangrove dan tidak menebang hutan bakau demi pembangunan.

"Sebenarnya kesadaran masyarakat kita dibanyak tempat banyak yang tahu. Tapi yang belum tahu dianggap pohon biasa. Mau bangun pinggir pantai, tebang. Seharusnya tidak begitu," kata dia.[tribun]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita