Skenario JK untuk Anies di Pilpres 2019

Skenario JK untuk Anies di Pilpres 2019

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pembangunan DKI Jakarta menjadi pembahasan Wapres Jusuf Kalla dan Anies Baswedan saat semobil dalam perjalanan usai meninjau venue Asian Games di Senayan ke Balai Kota, Jumat (29/6). JK menyoroti ada sejumlah proyek yang belum beres, seperti pembangunan trotoar.

Tak sampai di situ, JK memberikan wejangan ke Anies agar maksimal dalam membangun Jakarta jika ingin kariernya terus menanjak. Ketika dikonfirmasi, Anies menyebut pembicaraan dengan JK di mobil memang seputar DKI Jakarta. Mantan Mendikbud ini membantah obrolan terkait pilpres.

“Tadi kita lebih banyak ngomongin sambil jalan. Lihat Sudirman-Thamrin,” kata Anies.

Kebersamaan JK dan Anies dalam beberapa waktu belakangan memantik spekulasi, baik di publik maupun elite politik. Setidaknya 3 kali JK dan Anies tampil. Pertama, saat semobil dari Senayan ke Balai Kota. Wapres sengaja untuk mengantar orang nomor satu di DKI itu.

Kedua, JK sengaja mengajak Anies untuk mendampinginya saat menghadiri halalbihalal PBNU Selasa (3/7). Keduanya lagi-lagi satu mobil saat bertolak ke Gedung PBNU di Menteng, Jakarta Pusat. Terakhir, saat menghadiri halalbihalal Muhammadiyah, JK kembali satu mobil dengan Anies. Posisi Anies di mobil, saat itu di sebelah kiri JK.


Spekulasi soal JK menjadi king maker bagi Anies langsung muncul ke permukaan. Sinyal politik yang dilempar JK ditangkap oleh parpol-parpol yang selama ini sudah menggodok nama Anies. Sebut saja PAN dan PKS. Ketum PAN Zulkifli Hasan bahkan menyebut Anies sebagai Gubernur Indonesia di depan JK.

JK menanggapi santai soal jadi king maker bagi Anies.

“Istilah king maker juga bagi saya tentu agak membingungkan juga, karena saya tidak punya power. Yang saya punya adalah hubungan, persahabatan dengan semua pihak,” ujar JK saat menerima kumparan di rumah dinas, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/7).

Sehingga, saat mempertontonkan kedekatan dengan Anies, JK menyebut hal itu hanya bentuk kedekatan, bukan sinyal politik.



“Anies itu sudah lama saya. Sama-sama pengurus Paramadina contohnya. Kebetulan dia juga tinggal sebelah rumah kan. Jadi kadang-kadang, kalau saya sendiri, saya panggil. ‘Eh sini, Pak Anies, kita ngobrol,” ujarnya.

Mantan Ketum Golkar ini menilai wajar ketika ia mengajak Gubernur DKI semobil.

“Kalau saya ke daerah, itu selalu pasti saya sama-sama gubernur. Kalau sekali-kali dengan Gubernur DKI kan juga ndak apa-apa,” kata JK sambil tertawa.

JK menyadari langkahnya ini pasti dikaitkan dengan politik. Termasuk, Anies yang digadang-gadang jadi capres. Tak hanya itu, JK juga sadar bahwa Anies punya potensi besar untuk jadi capres.

“Anies memang banyak, katakanlah, digadang-gadang, diperkirakan karena dia memenuhi syarat,” kata JK.


JK mencontohkan beberapa kriteria, saat ini muncul fenomena solidaritas Islam, kelompok-kelompok Islam. Namun, meski bukan dari partai Islam, Anies menjadi salah satu tokoh yang dipandang.

“Anies kan orang melihatnya walau dia bukan dari Partai Islam, tapi orang melihat dari kedekatan sebelum itu,” kata suami Mufidah Kalla ini.

“Kalau kemampuan, saya kira sudah bekas menteri, jadi gubernur. Tapi, sekali lagi itu tergantung percaturan koalisi,” lanjut pria yang suka musik dangdut ini.

JK dengan kemampuan yang dimiliki, Anies tetap potensial nyapres. “Dia punya kemungkinan jadi berkembang. Ini kesempatan yang baik untuk uang muda,” tuturnya.


Lalu, apakah JK akan jadi king maker untuk Anies di 2019? JK punya pandangannya sendiri soal langkah Anies di pentas pilpres. Sebagai senior, JK menilai kans Anies menang pilpres lebih besar jika ia maju di 2024.

“Kalau mau lebih pasti itu 2024, dengan syarat keberhasilan di DKI. Idealnya kalau berhasil di DKI akan mudah untuk selanjutnya. Kalau sekarang kan belum setahun, susah dilihat,” kata JK.

Di balik riuh rendah Anies nyapres, ternyata ia seringkali meminta wejangan JK. Hal ini disampaikan langsung oleh JK.

“Ya selalu (minta wejangan). Kadang-kadang kita diskusikan. Tapi saya selalu bilang, kalau kamu berhasil di DKI, maka kamu mudah untuk naik ke yang lebih tinggi lagi. Jadi itulah kenapa orang berpikir, dari Gubernur DKI jadi Gubernur Indonesia,” tutupnya. [kumparan]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA