Fahri: Penguasa Sekarang Miliki Lingkaran Anti-Islam

Fahri: Penguasa Sekarang Miliki Lingkaran Anti-Islam

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Wakil Ketua DPR menyebut, orang-orang di sekitar Presiden Jokowi anti Islam. Dia menyampaikan itu melalui akun Instagramnya, @fahrihamzah, Senin, 23 Juli 2018.

"Percaya saya, bahwa penguasa sekarang memiliki lingkaran anti Islam dan Islamophobia di sekitarnya. Dari mulut mereka keluar kebencian tapi dalam hati mereka kebencian itu lebih dalam. Waktu akan menceritakan," kata Fahri.

Fahri menuturkan di antara dosa-dosa Jokowi yang besar adalah karena membiarkan berkembangbiaknya elemen anti Islam dan Islamophobia melalui medium konflik ideologi.

"10 tahun presiden SBYudhoyono tidak pernah kita terseret dalam narasi seperti ini. Radikalisasi ini berbahaya bagi NKRI," ujarnya.

"Silakan bantah, tapi jika ada 7 juta orang datang dari seluruh wilayah Republik, melakukan protes atas ketidakadilan yang dirasakan oleh Ummat Islam akibat nuansa Anti Islam dan Islamophobia dalam kebijakan negara, maka itu bukan isapan jempol. Itu fakta," tegas Fahri.

Fahri melanjutkan, pilkada kemarin membuktikan bahwa akibat Anti Islam dan Islamophobia, masih tampak nuansa ideologis. Tapi, ada upaya membuatnya landai atau dilupakan.

"Menjelang Pemilu 2019 ada manuver pro Islam dari rezim ini tetapi akan gagal. Kosmetika luntur oleh dosa-dosa Jokowi," ujarnya.

Menurutnya, meski banyak tokoh Islam yang berubah pikiran tentang Presiden Jokowi tetapi jika lingkar dalamnya terlalu militan dengan nuansa anti Islam dan Islamophobia maka semua upaya ini akan sia-sia. "Saya memakai terminologi taubat nasuha. Belum tampak taubat nasuha dari pemerintahan ini atas konflik ideologi yang mereka buat di awal kekuasaan mereka," katanya.

Pencitraan dengan merekrut tokoh Islam dan ulama, kata Fahri, tidak mengobati luka yang sudah terlalu dalam. Habib Rizieq Shihab masih di luar, ulama masih tersangka, dan lain-lain.

"Adilkah kita kalau menuduh pemerintah berkuasa sebagai pemicu konflik ideologi dan tumbuhnya paham Anti Islam dan Islamophobia?" tanya dia.

"Tentu adil karena tugas kekuasaan adalah bertanggungjawab atas perkembangan masyarakat. 10 tahun masa SBY tidak pernah begini. Saya menulis kecemasan ini agar kita antisipatif terhadap kemungkinan meruncingnya lapangan menjelang Pemilu 2019," lanjutnya.

"Apalagi pemerintah ini telah mendorong capres semakin sedikit. Jika calonnya hanya 2 dapat dibayangkan runcingnya perbedaan. Mari kita waspada dengan upaya pemecahbelahan bangsa," tutur Fahri.

PEMERINTAH MESTI TAUBAT NASUHA Percaya saya, bahwa penguasa sekarang memiliki lingkaran anti Islam dan Islamophobia di sekitarnya. Dari mulut mereka keluar kebencian tapi dalam hati mereka kebencian itu lebih dalam. Waktu akan menceritakan. Di antara dosa-dosa Jokowi yang besar adalah karena membiarkan berkembangbiaknya elemen Anti Islam dan Islamophobia melalui medium konflik ideologi. 10 tahun presiden SBYudhoyono tidak pernah kita terseret dalam narasi seperti ini. Radikalisasi ini berbahaya bagi NKRI. Silahkan bantah, tapi jika ada 7 juta orang datang dari seluruh wilayah Republik, melakukan protes atas ketidakadilan yang dirasakan oleh Ummat Islam akibat nuansa Anti Islam dan Islamophobia dalam kebijakan negara, maka itu bukan isapan jempol. Itu fakta. Pilkada kemarin membuktikan bahwa akibat Anti Islam dan Islamophobia, masih nampak nuansa ideologis. Tapi, ada upaya membuatnya landai atau dilupakan. Menjelang Pemilu 2019 ada manuver ProIslam dari rezim ini tetapi akan gagal. Kosmetika luntur oleh dosa-dosa Jokowi Meski banyak tokoh Islam yang berubah pikiran tentang presiden Jokowi tetapi jika lingkar dalamnya terlalu militan dengan nuansa Anti Islam dan Islamophobia maka semua upaya ini akan sia2. Saya memakai terminologi Taubat Nasuha. Belum nampak Taubat Nasuha dari pemerintahan ini atas konflik ideologi yang mereka buat di awal kekuasaan mereka. Pencitraan dengan merekrut tokoh Islam dan ulama tidak mengobati luka yang sudah terlalu dalam. HRS masih di luar, ulama masih tersangka, dll. Adilkah kita kalau menuduh pemerintah berkuasa sebagai pemicu konflik ideologi dan tumbuhnya paham Anti Islam dan Islamophobia ? Tentu adil karena tugas kekuasaan adalah bertanggungjawab atas perkembangan masyarakat. 10 tahun masa SBY tidak pernah begini. Saya menulis kecemasan ini agar kita antisipatif terhadap kemungkinan meruncingnya lapangan menjelang Pemilu 2019 . Apalagi pemerintah ini telah mendorong capres semakin sedikit. Jika calonnya hanya 2 dapat dibayangkan runcingnya perbedaan. Mari kita waspada dengan upaya pemecahbelahan bangsa. Lengkapnya di fahrihamzah.com #fh #fahrihamzah #indonesia
A post shared by Fahri Hamzah (@fahrihamzah) on

[viva]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita