Fahri Hamzah: di Bulan Ramadan Ini Mereka Umumkan Perang, Aku Akan Layani Satu Persatu

Fahri Hamzah: di Bulan Ramadan Ini Mereka Umumkan Perang, Aku Akan Layani Satu Persatu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah membahas mengenai radikalisme.

Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitternya yang diunggah pada Senin (4/6/2018).

Fahri Hamzah mengatakan jika yang radikal dalam sejarah bukanah orang beragama.

Menurutnya, radikalisme merupakan produk dari komunis dan sekuler.

Ia pun menyatakan jika di bulan ramadan ini orang-orang tersebut mengumumkan perang.

Fahri Hamzah pun mengaku akan melayani mereka satu persatu.

Fahri menyebut melalui kacamata peradaban, dalam hal perang, diketahui siapa yang memulai, siapa yang dikorbankan hingga cara mengeksekusinya.

Ia kemudian menuding jia pihak-pihak yang menghindar akan mengambil peran adu domba.

Fahri pun menngungkapkan apabila kejahatan adu domba telah menjadi narasi resmi negara.

Menurutnya, korban dalam peperangan ini adalah rakyat.

Perang itu nantinya juga akan menjebak kawan yang lugu dan kurang akal.

Fahri juga mengatakan jika pemerintah menang seperti membawa dendam.

Di mana mereka gagal mencerna pertarungan dan arti kemenangan.

Dalam postingannya itu, Fahri bahkan sempat menyebut nama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

@Fahrihamzah: Siapakah yang radikal dalam sejarah? Bukan orang beragama.

Radikalisme itu produk komunis dan sekuler.

Tuduhan bahwa orang beragama (Islam) radikal baru muncul belakangan.

Dan di bulan Ramadhan ini rasanya mereka mengumumkan perang.

Aku akan layani satu persatu.

@Fahrihamzah: Dengan kacamata peradaban, kita akan tahu anatomi dari perang ini.

Kita tahu kapan ia mulai, SIAPA yang memulai, yang meniupkan terompet komando dan yang memilih lokasi pertempuran.

Kita juga tahu siapa yang dikorbankan.

Dan cara mengeksekusinya.

@Fahrihamzah: Tapi untuk menghindari tuduhan bahwa mereka yang berperang, mereka akan mengambil peran adu domba.

Mereka berada di tengah, mereka menuduh kita tidak toleran, mereka mencari segudang alasan agar kita tidak dipercaya orang, agar kita disisihkan di pinggiran.

@Fahrihamzah: Peta yang rumit inilah yang akhirnya menjebak banyak orang.

Termasuk kawan kita sendiri yang lugu dan kurang akal.

Perang ini memakan banyak korban tetapi umumnya, sebagaimana perang, perang ini korbannya rakyat.

Kejahatan adu domba telah menjadi narasi resmi negara.

@Fahrihamzah: Pemerintah ini menang seperti membawa dendam.

Gagal mencerna makna pertarungan dan arti kemenangan. Karenanya, negara justru digunakan untuk mempertahankan dualisme. Sampai di situ Ok.

Tapi kemudian melabel lawan dengan tuduhan ideologis itu masalahnya.

@Fahrihamzah: Mesin negara terus saja memproduksi tuduhan.

Lalu upaya menjadi Seluler didendangkan.

Dwngan berbagai cara, ada yang sukses ada yang gagal. Tetapi ketegangan tak bisa dihindarkan.

Sampai muncul episode kedua; Ahok sebagai aktor dari seluruh yang tak nampak.

@Fahrihamzah: Sampai hari ini saya mendua, apakah Ahok dikirimkan ke pentas politik menjadi kebaikan bagi bangsa atau bagi agama?

Atau bagi keduanya? Atau sebaliknya?

Sebab sepertinya ia telah melakoni sesuatu secara sempurna; menyeruak lah apa yang ada di alam bawah sadar kita.
Postingan Fahri Hamzah
Postingan Fahri Hamzah (Capture/Twitter)
@Fahrihamzah: Penistaan terhadap Alqur’an khususnya surat #Almaidah54 pada awalnya tidak mau dicerna secara dewasa. Mereka menganggap remeh. Termasuk presiden dan para pejabat di sekitarnya. Tapi ini soal rasa, soal hati. Dan hal2 yang tak tampak. Sampai kemudian tumpah berupa manusia.


@Fahrihamzah: Penistaan terhadap Alqur’an khususnya surat #Almaidah51 pada awalnya tidak mau dicerna secara dewasa. Mereka menganggap remeh. Termasuk presiden dan para pejabat di sekitarnya.

Tapi ini soal rasa, soal hati. Dan hal2 yang tak tampak. Sampai kemudian tumpah berupa manusia.

@Fahrihamzah: Jutaan orang yang datang dengan Damai tanpa dendam dan perasaan marah.

Begitu saja, berjuta, tanpa komando, tanpa Organisasi penggerak massa, tanpa maksud lain kecuali mengungkap rasa, “kami ada dan kami hanya ingin agar keadilan tetap ada”. Begitulah.

@Fahrihamzah: Setelah peristiwa itu semua menjadi berbeda. Tapi entahlah, saya membaca ada dendam kesumat yang tak hentinya kepada kita.

Kepada bangsa Indonesia, kepada Ummat beragama dan Islam khususnya. Dendam itu kadang muncul seperti erupsi gunung berapi. Tak ada hentinya.
Postingan Fahri Hamzah
Postingan Fahri Hamzah (Capture/Twitter)
[tn]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita