Sekjen PDIP: Megawati Selalu Libatkan Islam dalam Pemerintahan

Sekjen PDIP: Megawati Selalu Libatkan Islam dalam Pemerintahan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


www.gelora.co - Sekertaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri selalu berupaya melibatkan Islam dalam pemerintahan.

“Sebagai contoh, ketika Megawati secara khusus menyiapkan Jokowi sebagai capres. Ketika Jokowi terpilih sebagai presiden pun, saat itu Jokowi bertanya kepada Mega, bagaimana untuk susunan kabinetnya,” kata Hasto, pada Rabu (11/4/2018) kemarin.

Hasto melanjutkan, “Mega tidak berbicara, ‘Tolong kasih kami kursi sekian menteri.’ Tidak. Tapi yang disampaikan adalah, ‘Dek Jokowi’, sebelum dilantik, Mega bilang, ‘Sebelum susun kabinet, saya ingin memberikan masukan.”

Megawati memberinya masukan terkait pengalamannya saat diajak berkeliling Indonesia oleh Bung Karno. Pada saat itu, ia melihat bagaimana Muhammadiyah yang menjadi tokoh saat Islam masuk dalam perdagangan.

“Menyampaikan konsepsi Islam sebagai rahmatan lil alamin lewat jalan perdagangan,” ujar Megawati.

Kemudian, hal tersebut yang membuat megawati melihat dan memberikan misi kepada Jokowi untuk mengembalikan Islam pada jalan perdagangan.

Maka Mega mengusulkan, supaya semangatnya seperti dulu, dan mengatasi ketidakadilan, maka untuk menteri perdagangan diberikan kepada Muhammadiyah.

“Nah, kalau saya lihat, mohon maaf, zaman Pak Harto (mantan presiden Soeharto), Islam kan dijauhkan dari perdagangan akibat situasi politik saat itu, maka kebijakan ekonomi banyak diserahkan kepada kelompok Tionghoa. Bahkan pengusaha-pengusaha Bumi Putera yang disiapkan Bung Karno itu semua tersingkir,” ungkapnya.

“Kemudian, Jokowi bertanya, ‘NU dos pundhi, gimana?’ Kalau kita berbicara orang miskin, itu yang ada (yang bisa urus) adalah NU dan juga marhaen. Itu basis Bung Karno. Maka menteri-menteri yang dari NU itu yang ngurus rakyat. Seperti Menteri Pertanian, Menteri Koperasi, Menteri Sosial,” ujar Hasto.

Hasto melanjutkan, “Cuma saat itu kan ada situasi politik, di mana ada oknum-oknum yang kemudian menyalahgunakan kepercayaan itu dan dirombak susunan-susunan. Nah itulah sebagai contoh bagaimana beliau juga menaruh perhatian yang begitu besar terhadap susunan kabinet tanpa berpikir terlebih dahulu dengan PDIP.” [islampos]

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA