Ketua ICMI: Kaum Intelektual Tak Usah Ikut Aksi Bela Palestina

Ketua ICMI: Kaum Intelektual Tak Usah Ikut Aksi Bela Palestina

Gelora News
facebook twitter whatsapp

www.gelora.co - Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Jimly Asshiddiqie menganjurkan anggotanya tidak ikut demo soal pengakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Ia mengatakan agar anggota ICMI memilih cara lain untuk menyuarakan penolakan klaim Presiden Trump.

"Saya anjurkan kaum intelektual enggak usah lah ikut demo, tapi kita harus setuju menolak Yerusalem sebagai Ibukota Israel," kata Jimly di Jakarta pada Jumat, 15 Desember 2017. "Ndak lah, (ICMI) enggak perlu ikut demo."

Meski begitu, Jimly mengimbau agar semua orang mengekspresikan kekecewaannya akibat klaim sepihak oleh Trump itu. Namun, menurut dia, jangan sampai menggunakan cara yang salah untuk berekspresi yang dapat berujung pada tercorengnya umat muslim sendiri. "Ekspresikan saja kekecewaan, tapi kita tak boleh salah," ujarnya.

Presiden Joko Widodo menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja sama Islam (OKI) mengenai Palestina pada Rabu, 13 Desember 2017. Dalam KTT Luar Biasa itu Presiden menyampaikan penolakan rakyat Indonesia atas pengakuan sepihak Amerika Serikat.

Jokowi meminta negara-negara OKI untuk membulatkan suara dan persatuan guna membela Palestina. "Serta menyampaikan beberapa langkah yang dapat dilakukan baik secara bersama maupun secara individu untuk membela Palestina," kata dia.

Pada Ahad, 10 Desember 2017, aksi bela Palestina yang diinisiasi Partai Keadilan Sejahtera telah digelar di depan kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat. Sebanyak 4.000 mengikuti aksi tersebut.

Massa aksi yang hadir sudah berkumpul sejak pukul 08.00 WIB. Mereka menyuarakan protes kepada Presiden AS Donald Trump atas tindakannya mengakui Yerusalem sebagai Ibu kota Israel pada Rabu, 6 Desember 2017 waktu setempat.

Trump menyebut pengakuan Yerusalem sebagai milik Israel tidak lain sebagai pengungkapan fakta sebagaimana mestinya. Langkah Trump itu memicu cibiran dan kritik keras dari berbagai negara. Sebagian besar menganggap Trump melakukan langkah yang salah dan berpotensi memicu konflik di Timur Tengah mengingat Yerusalem kerap diperebutkan Israel dan Palestina. [tmp]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita