GELORA.CO - PT Toba Pulp Lestari disebut-sebut sebagai biang kerok banjir Sumatera Utara. Sosok di balik perusahaan itu pun tak ayal bikin penasaran banyak orang.
Banjir Sumatera masih menyita perhatian banyak pihak. Hingga 1 Desember 2025, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 600 orang meninggal dunia.
Ditambah lagi ratusan orang yang masih hilang dan terluka, serta puluhan ribu rumah mengalami kerusakan ringan hingga parah.
Bencana ini juga merusak sekitar 271 jembatan dan 282 fasilitas pendidikan. Banjir bandang di wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat ini bukan sekadar dipicu hujan deras.
Berbagai pihak menilai ulah manusia ikut memperparah banjir. Contohnya pembalakan liar yang merusak hutan, sehingga mengurangi daya serap air.
Salah satu perusahaan yang disebut-sebut berkontribusi pada banjir bandang ini, terutama di Sumatera Utara, adalah PT Toba Pulp Lestari.
Perusahaan itu kerap dikaitkan dengan Luhut Binsar Pandjaitan. Lantas, benarkah Ketua Dewan Ekonomi Nasional itu pemilik PT Toba Pulp Lestari?
Mengenal Pemilik PT Toba Pulp Lestari
PT Toba Pulp Lestari, yang dulu bernama PT Inti Indorayon Utama Tbk (INRU), merupakan perusahaan penghasil serat rayon dan bubur kertas.
Perusahaan ini didirikan oleh konglomerat Indonesia Sukanto Tanoto pada 1983. Namun, berdasarkan Bursa Efek Indonesia, Sukanto Tanoto bukan lagi pemiliknya.
Pemilik PT Toba Pulp Lestari adalah perusahaan Hong Kong bernama Allied Hill Limited (AHL) yang memiliki saham mayoritas sebesar 92,54 persen.
Sementara, saham lainnya dimiliki masyarakat sebanyak 2,14 persen dan 5,32 persen.
Meski bermarkas di Hong Kong, AHL dimiliki pengusaha Singapura Joseph Oetomo. Dengan demikian, PT Toba Pulp Lestari bukan milik Luhut Binsar Pandjaitan.
Profil Singkat PT Toba Pulp Lestari
Berdasarkan laman resmi perusahaan, PT Toba Pulp Lestari (TPL) berdiri pada 26 April 1983 dengan nama PT Inti Indorayon Utama Tbk (INRU).
Sembilan tahun kemudian, TPL mendapat Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI) seluas 269.060 hektare dari Menteri Kehutanan.
Nama perusahaannya lalu diganti dari PT Inti Indorayon Utama Tbk menjadi PT Toba Pulp Lestari pada 23 Agustus 2001.
Pada 2011, terjadi penyesuaian luas area operasional TPL berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia.
Area operasional yang sebelumnya seluas 269.060 hektare menjadi 188.055 hektare. Seiring waktu, luas areanya kian menyusut.
Pada 2025, TPL punya izin mengelola 167.912 hektare Hutan Tanaman Industri di Sumatera Utara di wilayah Aek Nauli, Habinsaran, Tapanuli Selatan, Aek Raja, dan Tele.
Berikut adalah rincian area operasional PT Toba Pulp Lestari di Sumatera Utara:
Aek Nauli: 20.360 hektare
Habinsaran: 26.765 hektare
Tapanuli Selatan: 28.340 hektare
Aek Raja: 45.562 hektare
Tele: 46.885 hektare
Bantah Jadi Biang Kerok Banjir Sumatera Utara
PT Toba Pulp Lestari membantah menjadi penyebab banjir di Sumatera Utara.
I
Salah satu bukti yang dilampirkan adalah audit menyeluruh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2022-2023.
Berdasarkan hasil audit tersebut, PT Toba Pulp Lestari dinyatakan taat mematuhi seluruh regulasi dan tidak ditemukan pelanggaran dalam aspek lingkungan dan sosial.
PT Toba Pulp Lestari juga membantah tuduhan deforestasi alias pengurangan atau penghilangan luas hutan secara permanen.
Mereka menyebut perusahaan melakukan operasional pemanenan dan penanaman kembali.
Rekomendasi Penutupan PT Toba Pulp Lestari
Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, bakal menandatangani surat rekomendasi penutupan PT Toba Pulp Lestari yang akan dikirim ke pemerintah pusat.
Keputusan itu diambil menyusul konflik agraria antara perusahaan dan masyarakat adat di Buntu Panaturan, Desa Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Namun, PT Toba Pulp Lestari juga membantah terjadi konflik dengan masyarakat sekitar. Manajemen mengklaim memiliki program yang melibatkan warga lokal.
Jika melihat laman resmi perusahaan, ada sembilan program sosial yang dilakukan PT Toba Pulp Lestari.
Kesembilan program itu adalah beras emas, ekonomi kreatif desa, sekolah kopi, tumpang sari, pendidikan, investasi sosial, kesehatan, dan lingkungan hidup.
Sumber: inilah
