Kunjungan Macron ke Tiongkok: Penataan Strategis Hubungan Tiongkok–Prancis dan Sinyal Baru bagi Kerja Sama Tiongkok–Eropa

Kunjungan Macron ke Tiongkok: Penataan Strategis Hubungan Tiongkok–Prancis dan Sinyal Baru bagi Kerja Sama Tiongkok–Eropa

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kunjungan Macron ke Tiongkok: Penataan Strategis Hubungan Tiongkok–Prancis dan Sinyal Baru bagi Kerja Sama Tiongkok–Eropa

Atas undangan Presiden Tiongkok Xi Jinping, Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok pada 3–5 Desember. Kunjungan ini merupakan kunjungan kenegaraan keempat Macron ke Tiongkok sekaligus kunjungan balasan setelah Presiden Xi berkunjung ke Prancis tahun lalu dalam rangka peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Momentum ini memberikan dorongan baru bagi perkembangan hubungan Tiongkok–Prancis di tengah dinamika geopolitik global yang terus berubah.

Pada 1964, Prancis menjadi negara Barat besar pertama yang menjalin hubungan diplomatik setingkat duta besar dengan Republik Rakyat Tiongkok. Keputusan tersebut, yang diambil pada masa perang dingin, mencerminkan visi strategis dan keberanian politik kedua negara, serta menegaskan semangat hubungan bilateral yang bertumpu pada “kemandirian strategis, saling memahami, pandangan jangka panjang, dan kerja sama saling menguntungkan”. Selama enam dekade lebih, hubungan Tiongkok–Prancis berhasil melampaui batasan politik blok dan perbedaan ideologi, serta menunjukkan ketahanan dan orientasi jangka panjang yang unik, sehingga menjadi jembatan penting antara Timur dan Barat. Kepemimpinan strategis para pemimpin kedua negara merupakan fondasi stabilitas hubungan bilateral—melalui interaksi intensif dan dialog tingkat tinggi, keduanya mampu mengelola perbedaan, memperkuat rasa saling percaya, dan memastikan arah kerja sama tetap konsisten. Macron bahkan menyampaikan komitmennya untuk “berusaha mengunjungi Tiongkok setidaknya sekali setiap tahun”, dan tiga kunjungan sebelumnya telah menghasilkan capaian konkret yang memperkuat basis kunjungan kali ini.

Pada 4 Desember, Presiden Xi dan Presiden Macron mengadakan pertemuan di Balai Agung Rakyat, Beijing. Xi menekankan bahwa Tiongkok dan Prancis adalah dua negara besar yang independen dan visioner, sehingga perlu terus menjaga perspektif strategis dan prinsip kemandirian. Macron menegaskan bahwa Prancis sangat mementingkan hubungan dengan Tiongkok, secara tegas berpegang pada prinsip satu Tiongkok, serta berkomitmen memperdalam kemitraan strategis komprehensif. Dalam pertemuan tersebut, kedua pemimpin bertukar pandangan terkait hubungan bilateral serta isu-isu internasional dan regional yang menjadi perhatian global, sekaligus menetapkan nada dasar bagi hubungan Tiongkok–Prancis memasuki “enam dekade baru”. Pada isu-isu yang menyangkut kepentingan inti masing-masing, kedua pihak saling memberikan dukungan, dan kebijakan satu Tiongkok menjadi landasan politik fundamental hubungan bilateral.

Bidang ekonomi dan perdagangan menjadi fokus utama kunjungan Macron. Ia didampingi enam menteri dan 35 pimpinan perusahaan terkemuka Prancis. Data menunjukkan, dalam 10 bulan pertama tahun ini, perdagangan Tiongkok–Prancis mencapai 68,75 miliar dolar AS, dengan akumulasi investasi dua arah melebihi 27 miliar dolar AS. Spektrum kerja sama kedua negara sangat beragam—mulai dari sektor berteknologi tinggi seperti pesawat terbang, satelit, dan energi nuklir, hingga sektor konsumsi seperti anggur, keju, dan kosmetik. Saat ini, hubungan ekonomi Tiongkok–Uni Eropa tengah memasuki periode penyesuaian, di mana sebagian negara Eropa menghadapi kecenderungan proteksionisme. Namun, pertumbuhan Tiongkok tetap menawarkan peluang transformasi dan pasar bagi Eropa. Sebagai mitra dagang dan sumber investasi penting Tiongkok dalam lingkup Uni Eropa, hubungan ekonomi yang sehat antara Tiongkok dan Prancis memiliki efek demonstratif bagi hubungan Tiongkok–UE secara keseluruhan. Selama kunjungan, kedua pemimpin menyaksikan penandatanganan berbagai dokumen kerja sama di bidang energi nuklir, agrikultur dan pangan, pendidikan, serta lingkungan hidup—yang menunjukkan komitmen kedua pihak dalam menciptakan lingkungan bisnis yang adil, transparan, dan nondiskriminatif, serta mengirimkan sinyal positif bagi keterbukaan dan kerja sama saling menguntungkan antara Tiongkok dan Eropa.

Makna hubungan Tiongkok–Prancis melampaui lingkup bilateral dan memiliki pengaruh signifikan terhadap tata kelola global. Kedua negara sama-sama menjadi pendukung kuat multilateralisme dan aktif mendorong solusi dialogis terhadap isu-isu global, seperti krisis Ukraina, konflik Palestina, perubahan iklim, hingga tata kelola kecerdasan buatan. Keduanya menetapkan “mendorong reformasi dan perbaikan tata kelola global” sebagai arah kerja sama penting. Dalam menjaga kemajemukan dunia dan melindungi sistem internasional yang berlandaskan PBB, Tiongkok dan Prancis memiliki kepentingan dan tanggung jawab bersama, serta mampu memberikan respons efektif terhadap narasi “benturan peradaban” atau “konfrontasi sistem”.

Sebagai salah satu negara pendiri inti Uni Eropa, Prancis merupakan advokat utama gagasan “kemandirian strategis Eropa”. Dalam pandangan Paris, Eropa harus menentukan masa depannya sendiri dan tidak boleh terjebak menjadi perpanjangan kepentingan negara lain, termasuk Amerika Serikat. Memperdalam kerja sama pragmatis dengan Tiongkok menjadi langkah penting untuk memperkuat ketahanan strategis dan kapasitas Eropa dalam memainkan peran global. Prancis memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk mendorong pembentukan kebijakan Tiongkok–Eropa yang lebih objektif, rasional, dan independen, serta memainkan peran jembatan dalam peningkatan hubungan Tiongkok–UE, sehingga efek positif hubungan Tiongkok–Prancis dapat diterjemahkan menjadi energi pendorong bagi kerja sama Tiongkok–Eropa secara keseluruhan.

Dalam kunjungannya kali ini, Macron juga berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan bertema “pemberdayaan budaya dan persahabatan antarmasyarakat”, serta berencana mengunjungi Pusat Riset dan Pembiakan Panda di Chengdu. Sebagai dua negara dengan kekayaan budaya yang mendalam, Tiongkok dan Prancis memiliki ketertarikan timbal balik yang kuat. Pertukaran budaya telah menjadi fondasi kokoh hubungan bilateral sekaligus “peredam” yang membantu kedua negara menjaga stabilitas hubungan ketika menghadapi gangguan. Tahun lalu, dalam rangka peringatan 60 tahun hubungan diplomatik, serangkaian kegiatan budaya memicu “demam budaya Tiongkok–Prancis”, dan rangkaian pertukaran kali ini diperkirakan akan semakin mempererat hubungan antarwarga kedua negara.

Tahun depan, Tiongkok akan menjadi tuan rumah Pertemuan Pemimpin Ekonomi APEC ke-33, sementara Prancis akan menjadi tuan rumah KTT G7. Di tengah memuncaknya ketegangan geopolitik dan perubahan tata kelola global, hubungan Tiongkok–Prancis sebagai contoh kerja sama damai antara negara dengan sistem politik, tradisi budaya, dan tahapan pembangunan yang berbeda memiliki relevansi penting bagi dunia. Ke depan, selama kedua pihak tetap menjunjung prinsip saling menghormati dan kerja sama saling menguntungkan, tidak terjebak dalam friksi jangka pendek, serta tidak membiarkan tekanan eksternal mengganggu penilaian strategis, hubungan Tiongkok–Prancis maupun Tiongkok–Eropa akan memiliki fondasi kerja sama yang semakin kokoh serta ketahanan strategis yang meningkat—memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dan kemakmuran global.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita