GELORA.CO - Kasus rahim copot jadi buah bibir di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Kisah yang bikin warganet heboh ini pertama kali muncul dari cerita dr Gia Pratama dalam Podcast bersama Raditya Dika.
Nah, supaya alurnya runut dan mudah dipahami, berikut rangkaian kejadian rahim copot sebenarnya secara kronologis.
1. Kisah Pertama Muncul Lewat Podcast dr Gia Pratama
Cerita bermula ketika dr Gia Pratama, dokter sekaligus penulis buku, membeberkan pengalaman lamanya saat bertugas di sebuah rumah sakit di Garut, Jawa Barat.
Ia mengisahkan bahwa seorang pasien datang dalam kondisi mengerikan setelah melahirkan pada seorang paraji alias dukun beranak.
Saat itu, sang pasien mengalami kondisi yang ia sebut sebagai ‘rahim copot’.
Dalam podcast tersebut, cerita ini langsung menyebar cepat dan menimbulkan perdebatan publik.
2. Ternyata Kejadiannya 15 Tahun Lalu di RSUD Slamet Garut
Setelah viral, salah satu dokter yang ikut menangani kasus ini pada masa itu ikut bersuara, yaitu dr Christofani Eka Patria, SpOG (K) Fer.
Ia membenarkan bahwa peristiwa tersebut memang terjadi sekira 15 tahun lalu, ketika ia masih menjadi residen (calon dokter spesialis) di RSUD Slamet Garut.
"Memang itu kejadiannya di RSUD Garut. Kalau saya kasih gambaran, ini adalah rumah sakit di daerah yang pasiennya banyak sekali," ujar dr Christo, Selasa, 18 November 2025.
3. Paraji Datang Membawa Kresek Hitam Berisi Rahim Pasien
Menurut penuturan dr Christo, malam itu sekira pukul 02.00 WIB, seorang paraji datang ke ruang jaga membawa kantong kresek warna hitam.
Awalnya tak ada yang menyangka isinya.
“Setelah kita periksa, ternyata itu adalah rahim yang sudah terpisah dari tubuh pasien. Jadi, rahimnya itu setengah terpotong, sudah terlepas,” ungkapnya.
Situasi langsung berubah tegang karena pasien sudah dalam kondisi syok berat akibat kehilangan banyak darah.
4. Kondisi Pasien Sudah Syok Hipovolemik dan Harus Dioperasi Cepat
dr Christo menuturkan bahwa pasien datang dalam kondisi syok hipovolemik, yaitu keadaan darurat akibat kehilangan darah dan cairan dalam jumlah besar.
“Kondisi ibu sudah kritis. Fokus kami waktu itu melakukan resusitasi cairan dan melakukan operasi sesegera mungkin untuk menghentikan perdarahan,” jelasnya.
Sebagai residen dengan beban kerja tinggi, ia dan tim harus bergerak cepat agar nyawa pasien terselamatkan.
5. Mengakui Kasus Ini Sangat Tidak Umum dan Tidak Mungkin Terjadi Secara Normal
dr Christo memahami mengapa banyak orang, termasuk para sejawat obgyn, sulit mempercayai cerita ini.
Menurutnya, dalam kondisi normal rahim memang mustahil bisa terlepas sendiri.
“Pada kondisi normal tidak mungkin rahim bisa lepas sendiri. Pada kasus ini, rahim terpisah sebagian karena perlakuan dari perajinya,” tegasnya.
6. Tidak Ada Publikasi Ilmiah, Inilah Alasannya
Banyak warganet mempertanyakan mengapa kasus sebesar ini tidak pernah muncul di jurnal medis.
dr Christo menjelaskan bahwa pada masa itu, membuat publikasi ilmiah nyaris mustahil dilakukan karena beban kerja residen yang sangat tinggi.
“Untuk makan dan tidur saja harus curi-curi waktu.
Jadi jujur kami tidak sempat membuat paper untuk publikasi. Tapi ada laporan dokumentasi di RSUD Garut,” katanya.
7. Mengapa Cerita Ini Jadi Kontroversi?
Setelah viral, beberapa dokter obgyn lain merespons cerita dr Gia melalui TikTok dan platform lain.
Mereka menyebut kemungkinan besar kasus yang dimaksud adalah inversio uteri—rahim terbalik, bukan copot.
Respons ini memancing perdebatan baru.
Netizen ada yang mendukung, tapi banyak pula yang menilai komentar tersebut seolah meragukan atau mem-bully dr Gia.
8. Klarifikasi Akhir dari dr Christo untuk Mengakhiri Polemik
Untuk mengakhiri keributan yang tak kunjung reda, dr Christo akhirnya memberikan klarifikasi lengkap dengan pesan penting bagi semua ibu hamil.
"Untuk semua bumil, periksakanlah kehamilan dan bersalinlah di fasilitas kesehatan yang baik.
Sehingga risiko komplikasi seperti pasien yang kami tangani tidak terjadi lagi," ujarnya.
Ia menegaskan kembali bahwa kasus rahim copot benar adanya, meskipun sangat jarang dan terjadi akibat tindakan tidak aman dari paraji. ***
