TEPAT tiga hari waktu yang diberikan Rais Aam, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf mengatakan tidak mau mengundurkan diri. Ia merasa masih sanggup menjalankan amanah sebagai Ketua PBNU berdasarkan mandat lima tahun yang ditetapkan dalam Muktamar.
Masalahnya waktu tiga hari putusan Syuriah PBNU yang dipimpin langsung Rais Aam itu bukan tawar-menawar, bersedia atau menolak, tapi persiapan dalam rangka mengundurkan diri itu sendiri. Kalau menolak, justru dipecat dengan tidak hormat.
Makanya, beredarnya surat dari Syuriah PBNU yang memecat Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf benar adanya, kendatipun terkesan baru berupa draf yang ditandatangani Wakil Ketua Rais Aam. "Baru berupa draf, karena teknis surat-menyurat dikuasai kantor PBNU." Kabarnya begitu.
Artinya, KH Yahya Cholil Staquf tidak mau menerbitkan surat itu dan pura-pura tak tahu bahwa surat Syuriah itu ada. Ya, wajar saja. Surat pemecatan dirinya, tentu tak mau diterbitkannya, karena memang dia tak mau mengundurkan diri. Tapi Syuriah PBNU, jalan terus.
Konflik internal di tubuh NU saat ini memang agak unik. Tanpa hiruk-pikuk, keluar surat ultimatum untuk Ketua PBNU agar mundur dalam waktu tiga hari. Tak mau mundur, keluar lagi surat pemberhentian tanpa hiruk-pikuk juga.
Bahwa KH Yahya Cholil Staquf tak lagi Ketua PBNU, sejak tanggal 26 November 2025 pukul 00.45 WIB. Ini jelas sekali tanpa hiruk-pikuk, karena surat dibuat pukul 00.45 WIB. Waktunya salat tahajud. Yang hiruk-pikuk tentu saja KH Yahya Cholil Staquf yang dipecat sebagai Ketua PBNU. Konsolidasi dilakukan dan sibuk membantah.
Agaknya Syuriah PBNU yang diketuai Rais Aam KH Miftachul Akyar sudah talak tiga dengan KH Yahya Cholil Staquf. No debat. Dalam pandangan Syuriah PBNU, Gus Yahya bukan lagi Ketua PBNU. Langkah permintaan mundur sudah dilakukan dan langkah pemberhentian pun sudah dilakukan.
Tinggal lagi Syuriah PBNU melakukan rapat pleno dan menunjuk Ketua PBNU yang baru menggantikan Gus Yahya. Setelah itu, Kepengurusan PBNU baru disahkan oleh Menteri Hukum. Semuanya, dilakukan oleh Syuriah PBNU tanpa hiruk-pikuk.
Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, yang juga Menteri Sosial di kabinet Prabowo-Gibran wanti-wanti mengatakan agar pengurus NU di daerah-daerah dan warga NU secara umum, agar tetap tenang. Gus Ipul tentu saja sejalan dengan keputusan Rais Aam atau Lembaga Syuriah PBNU.
Dan agaknya memang, stuktur NU di bawah lebih mempercayai keputusan Syuriah PBNU ketimbang manuver yang dilakukan Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf. Aneh juga, kalau warga NU tak mempercayai ulamanya. Sebab, inti dari NU itu sendiri ada pada Syuriah, bukan Tanfidziyah.
Dalam pandangan Syuriah PBNU, Muktamar Luar Biasa untuk menggantikan Ketua PBNU yang dinilai melanggar Konstitusi Organisasi NU tak diperlukan.
Hanya saja, dalam pandangan Ketua PBNU Yahya Cholil Staquf yang sudah diberhentikan, Syuriah tak punya hak memberhentikan dirinya. Sebab, ia diputuskan dalam Muktamar dan Muktamar pulalah yang berhak memberhentikannya.
Pelanggaran yang dilakukan Ketua PBNU seperti yang sudah diumumkan ke publik, sehingga diberhentikan ada dua, yakni soal Zionis Internasional dan Tata Kelola Keuangan.
Mahfud MD yang juga dekat dengan warga NU, hampir memastikan bahwa konflik antara Syuriah dan Tanfidziyah di PBNU saat ini adalah karena masalah konsesi tambang. Artinya, lebih pada masalah Tata Kelola Keuangan, bukan soal Zionis Internasional. Gus Yahya dan Zionis Internasional sudah lama sekali.
Kebijakan konsesi tambang untuk ormas ini memang ajaib sekali. Ormas tak dikasih uang saja bisa ribut, apalagi dikasih uang. Uangnya bukan uang kecil pula, tapi uang maha besar. Kuota haji saja bisa dijual, apalagi tambang. Tambang adalah uang yang sebenar-benarnya uang di negeri ini.
Siapakah yang akan ditunjuk Syuriah PBNU sebagai Ketua PBNU menggantikan KH Yahya Cholil Staquf?
Saifullah Yusuf, rasanya mustahil. Sebab, belum pernah Ketua PBNU merangkap sebagai Menteri sekaligus. Balik lagi kepada KH Said Aqil Siroj, juga mustahil. Ghirahnya sudah hilang beberapa tahun ini.
Tokoh baru juga belum ada yang muncul. Ada Ulil Abshar Abdalla, misalnya. Tapi ia terlihat berada pada kubu Gus Yahya pula. Kalau Syuriah mau menunjuknya sebagai win-win solution, ya bisa saja.
Memang tidak mudah juga bagi Syuriah mencari pengganti Ketua PBNU menjelang Muktamar NU tahun depan. Hitung-hitungan pencarian Ketua PBNU yang dipercepat agar terpilih yang lebih baik dan matang di masa depan.rmol news logo article
