Peluncuran Program 3S berlangsung meriah di Aula Kantor Bupati Sungai Penuh, dihadiri oleh Wakil Bupati Sungai Penuh, Fitriyani, dan sejumlah pejabat terkait, termasuk Kepala Dinas PPPA, Hj. Rina Sari, S.Sos, M.Si. Dalam sambutannya, Hj. Rina Sari menekankan urgensi program ini sebagai respons atas data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 yang menunjukkan Sungai Penuh sebagai salah satu kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di Jambi. "Program 3S ini adalah strategi terintegrasi untuk mendeteksi dini (screening), memberikan suplemen gizi (suplementasi), dan meningkatkan kebersihan lingkungan (sanitasi). Stunting bukan hanya masalah gizi, tapi juga dampak kumulatif dari sanitasi buruk dan akses layanan kesehatan terbatas di daerah pegunungan seperti Sungai Penuh," ujarnya, seperti dikutip dari GoNews.id. Ia menambahkan bahwa program ini menargetkan 5.000 balita di 12 kecamatan, dengan anggaran Rp 2,5 miliar dari APBD dan bantuan provinsi.
Poltekkes Kemenkes Sungai Penuh, sebagai institusi pendidikan kesehatan terdepan di bawah Kementerian Kesehatan, langsung merespons dengan membentuk tim pengabdian masyarakat sebanyak 50 orang, terdiri dari 30 mahasiswa dan 20 dosen serta alumni. Direktur Poltekkes, Dr. Tri Wulan Handayani, M.Kes, menyatakan bahwa partisipasi ini selaras dengan misi Poltekkes untuk mendukung Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (GNPPG). "Kami turun ke lapangan untuk melakukan screening antropometri—pengukuran tinggi dan berat badan balita—serta edukasi suplementasi vitamin A dan zat besi. Di sisi sanitasi, mahasiswa kami mengajarkan pembuatan jamban sehat dan pengelolaan air bersih di desa-desa rawan seperti Kecamatan Pondok Kubang," jelas Dr. Handayani. Melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL), mahasiswa Poltekkes telah melatih 200 kader posyandu dalam dua minggu pertama, memastikan program 3S berjalan berkelanjutan.
Komponen utama Program 3S dirancang secara holistik. Screening dilakukan melalui posyandu mobile yang didukung Poltekkes, menggunakan alat digital seperti timbangan pintar untuk mendeteksi balita berisiko stunting sejak usia 0-6 bulan. Suplementasi melibatkan distribusi tablet tambah darah (TTD) untuk ibu hamil dan kapsul vitamin untuk balita, dengan monitoring bulanan oleh tim Poltekkes untuk memantau kepatuhan. Sementara itu, sanitasi difokuskan pada kampanye "Desa Bebas Stunting" di 50 desa prioritas, di mana mahasiswa Poltekkes memimpin workshop pembangunan toilet keluarga dan pengolahan limbah rumah tangga. Wakil Bupati Fitriyani memuji peran Poltekkes sebagai katalisator. "Kolaborasi dengan Poltekkes membuat program ini lebih efektif. Mereka tidak hanya memberikan ilmu, tapi juga tangan nyata di lapangan. Target kami: turunkan stunting 10% dalam setahun," katanya.
Dampak awal program sudah terlihat. Di Kecamatan Sungai Penuh, screening awal mendeteksi 150 balita berisiko, yang langsung mendapat intervensi suplementasi. Seorang ibu bernama Siti (32) dari Desa Pulau Punjung berbagi cerita: "Anak saya dulu pendek dan sering sakit. Setelah screening di posyandu dan dapat suplemen dari tim Poltekkes, sekarang nafsu makannya bagus dan tumbuh lebih cepat." Data Dinas PPPA menunjukkan penurunan 5% kasus malnutrisi akut dalam bulan pertama, berkat sanitasi yang ditingkatkan—seperti pemasangan 300 jamban sederhana.
Partisipasi Poltekkes Sungai Penuh juga menjadi model pendidikan berbasis komunitas. Mahasiswa tidak hanya belajar teori gizi, tapi juga dinamika sosial di daerah endemik stunting, seperti pengaruh budaya makan lokal yang rendah protein. Ke depan, Poltekkes berencana integrasikan program 3S ke kurikulum, dengan riset lanjutan tentang makanan fortifikasi berbasis ubi kayu Kerinci. Kolaborasi ini, yang melibatkan Dinkes, PKK, dan LSM seperti Wahana Visi Indonesia, diharapkan jadi blueprint nasional.
Dengan semangat 3S, Sungai Penuh membuktikan bahwa stunting bisa dicegah melalui aksi kolektif. Poltekkes Kemenkes Sungai Penuh, sebagai pilar utama, terus mendorong generasi emas yang sehat dan cerdas. Mari dukung program ini—karena setiap anak yang bebas stunting adalah investasi masa depan bangsa.
