Poltekkes Jakarta Timur Imbau Warga Waspadai Penyakit Menular di Musim Hujan

Poltekkes Jakarta Timur Imbau Warga Waspadai Penyakit Menular di Musim Hujan

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Musim hujan yang semakin intens di Jakarta Timur menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit menular berbasis lingkungan. Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur secara tegas mengimbau warga untuk antisipasi risiko seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), leptospirosis, diare, dan penyakit kulit yang dipicu genangan air, banjir, serta sanitasi buruk. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Jakarta Timur, sebagai lembaga pendidikan vokasi kesehatan terdepan di wilayah ini, turut memperkuat imbauan tersebut melalui program edukasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berbasis komunitas. Dengan curah hujan tinggi yang menciptakan habitat nyamuk Aedes aegypti di luar rumah dan urine tikus yang mencemari air, Poltekkes Jakarta Timur menekankan bahwa pencegahan dini adalah kunci utama untuk lindungi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan pekerja sanitasi.


Herwin Meifendy, Kepala Sudinkes Jakarta Timur, menyoroti bahwa penyakit menular sering muncul saat musim hujan dan banjir, bersumber dari nyamuk hingga tikus. “Curah hujan tinggi menyebabkan munculnya habitat-habitat perkembangbiakan nyamuk terutama di luar rumah... Lalu, genangan air hujan akan tercemar oleh urine tikus yang mengandung bakteri leptospira,” ujar Herwin, seperti dikutip dari https://poltekkesjakartatimur.id pada 10 November 2025. Ia menambahkan bahwa sanitasi buruk memperburuk situasi, dengan lumpur sisa banjir menjadi media pertumbuhan bakteri penyebab penyakit kulit dan diare. Kelompok rentan seperti anak-anak dan pekerja pembersih banjir paling terdampak, karena paparan langsung terhadap kontaminan. “Penyakit menular yang sering muncul saat musim hujan dan banjir biasanya penyakit menular berbasis lingkungan, bisa bersumber dari nyamuk hingga tikus.”

Poltekkes Kemenkes Jakarta Timur merespons imbauan ini dengan mempercepat program pengabdian masyarakat berbasis PHBS. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes tidak hanya mencetak tenaga ahli, tapi juga terlibat langsung dalam surveilans dan edukasi melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa. Direktur Poltekkes Jakarta Timur, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menekankan pentingnya kolaborasi dengan Sudinkes. “Kami soroti risiko leptospirosis dan DBD melalui sosialisasi di 20 RW prioritas, ajak warga terapkan 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur ulang, plus Menabur larvasida). Mahasiswa kami dari Jurusan Kesehatan Lingkungan turun lapangan untuk demo cuci tangan pakai sabun dan bersihkan genangan air, cegah pencemaran urine tikus,” jelas Dr. Siti. Poltekkes juga sediakan layanan skrining cepat di kampus untuk deteksi gejala dini seperti demam tinggi dan ruam kulit.

Rahmat Aji Pramono, Kepala Subbagian Sanitasi Lingkungan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, menambahkan bahwa pembersihan mikroplastik di dalam ruangan krusial untuk cegah penyakit kulit. “Kalau di luar ruangan (mikroplastik) akan dibersihkan oleh hujan, kalau di dalam ruangan, bersihkan ruangannya,” katanya. Di Jakarta Timur, dengan 1,2 juta penduduk dan banjir musiman, edukasi Poltekkes fokus pada kelompok rentan. Dampaknya, survei internal menunjukkan kepatuhan PHBS naik 65 persen di RW sasaran sejak November 2025, dengan penurunan kasus diare 20 persen.

Ke depan, Poltekkes Jakarta Timur rencanakan workshop bulanan untuk 300 kader RW, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dengan imbauan ini, Jakarta Timur siap hadapi musim hujan—edukasi, surveilans, dan kolaborasi jadi senjata utama untuk masyarakat sehat dan tangguh.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita