GELORA.CO - - Ledakan di masjid SMA 72 diduga dilakukan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Serangan itu diduga ditujukan membalas dendam terhadap sejumlah penembakan yang terjadi di luar negeri. Dalam idelogi takfiri semacam ISIS, masjid di Indonesia dianggap belum sepenuhnya Islam.
Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menduga kuat bahwa ledakan di SMA 72 itu perbuatan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terafiliasi dengan ISIS. "Karena ISIS diketahui mempersiapkan balas dendam kepada pelaku penembakan Masjid di Kanada Brenton Tarrant," paparnya.
Apalagi, diperkuat dengan temuan senjata rakitan yang bertuliskan tiga nama penembak masjid yakni, Brenton Tarrant pelaku di Selandia Baru, Alexandre Bissonnette pelaku di Kanada, dan Luca Traini di Italia. "Setahu saya mereka memang melakukan persiapan," ujarnya.
Persiapan dilakukan JAD dengan cukup matang, sehingga ledakan bisa terjadi seperti saat ini. Memang kemampuan JAD di Indonesia dalam membuat bom masih sangat terbatas. "Namun, dengan ledakan semacam ini, maka persiapannya matang," urainya.
Lalu kenapa JAD yang terafiliasi ISIS malah menyerang masjid di SMA 72? Dia mengatakan bahwa walau masyarakat umum menganggap aneh, namun inilah karakter ideologi takfiri. ISIS menganggap masjid-masjid di Indonesia ini belum sepenuhnya Islam. "Makanya bisa diserang, dan menjadi tindakan balasan " terangnya.
Menurutnya, JAD yang berkiblat ke ISIS di Indonesia sebenarnya sudah sangat lemah beberapa tahun belakangan. Kemampuannya untuk melakukan serangan pun sempat hilang, dulu hal itu terindikasi dengan ledakan di Polres Surakarta yang hanya menewaskan pelaku. "Kini kemungkinan JAD sudah mulai sedikit lebih kuat," urainya.
Karena itu, saat ini Polri khususnya Densus 88 Anti Teror harus kembali bergerak menyisir para anggota JAD. Yang memang terdeteksi mulai menggeliat. "Mau tidak mau harus kembali mendeteksi, siapa saja anggota JAD," paparnya.
Bisa jadi ada sel tidur JAD yang kembali hidup. Dia mengatakan, sel tidur ini harus dipastikan bagaimana pergerakannya. "Apalagi Densus 88 AT sudah bisa menangkap sebelum aksi terjadi," urainya.
Menurutnya, kekuatan JAD di Indonesia harus terus diperlemah. Sehingga, tidak lagi bisa melakukan aksi terorisme. "Jangan lengah mencegah aksi terorisme," tegasnya
Sumber: jawapos
