Menangi Pilkada, Zohran Mamdani Catat Sejarah Jadi Wali Kota Muslim Pertama New York

Menangi Pilkada, Zohran Mamdani Catat Sejarah Jadi Wali Kota Muslim Pertama New York

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO
- Sejarah baru terukir di kota terbesar Amerika Serikat (AS). Kandidat Wali Kota New York, Zohran Mamdani, dilaporkan berhasil memenangkan mayoritas suara dalam pemilihan kepala daerah yang digelar Selasa (4/11/2025) waktu setempat. Kemenangan sensasional ini secara resmi menjadikan Kota New York untuk pertama kalinya akan dipimpin oleh seorang Muslim yang juga dikenal berhaluan sosialis-demokrat.

Mamdani, yang kini berusia 34 tahun dan menjabat sebagai anggota dewan negara bagian, sukses mengalahkan para pesaing kuat, termasuk mantan Gubernur Andrew Cuomo dan Curtis Sliwa dari Partai Republik. Ia akan menggantikan Wali Kota petahana Eric Adams, yang membatalkan pencalonan kembalinya pada September lalu.

Kemenangan Mamdani bukanlah kejutan bagi para pengamat. Ia memasuki pemilihan umum sebagai favorit setelah unggul 12 poin dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat di awal tahun. The Associated Press mengumumkan Mamdani sebagai pemenang pada pukul 21.34 waktu setempat. Hasil polling sementara menunjukkan Mamdani meraih 50 persen suara, jauh meninggalkan saingan terberatnya, Andrew Cuomo, yang hanya mendapatkan 41 persen.

Wali Kota Termuda dan Rekor Partisipasi Pemilih


Kemenangan Mamdani tak hanya memecahkan tembok ras dan agama, tetapi juga rekor usia. Ia akan menjadi wali kota termuda di kota metropolitan tersebut dalam lebih dari satu abad terakhir.

Di sisi lain, pemilihan kali ini mencatatkan partisipasi pemilih yang luar biasa. Dewan Pemilihan Umum Kota New York melaporkan, jumlah pemilih yang telah berpartisipasi melampaui angka 2 juta, sebuah angka yang belum pernah tercapai sejak tahun 1989.

Hingga pukul 15.00 waktu setempat, hampir 1,5 juta orang telah memberikan suara, melampaui total suara dalam pemilihan wali kota New York selama 20 tahun terakhir. Lonjakan partisipasi ini disinyalir didorong oleh kampanye Mamdani yang berfokus pada isu-isu biaya hidup yang menggemparkan warga New York.

Janji Kontroversial dan Pembelaan Palestina
Selain kebijakan prorakyat yang berani, Mamdani juga menjadi sorotan tajam karena pembelaannya yang vokal terhadap Palestina. Secara kontroversial, ia bahkan menjanjikan akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika berani menginjakkan kaki di kota berjuluk Big Apple itu. Sikap tegas ini dan janji kampanyenya yang sayap kiri membuat lobi Israel dan para pengusaha mengucurkan dana raksasa demi mengalahkan Mamdani.

Namun, Mamdani membuktikan big money tidak selalu menang. "Kami mengalahkan para jutawan dan miliarder – kami orang-orang kecil, masyarakat, penyewa, kelas pekerja New York yang sebenarnya mengambil kembali kota ini,” ujar Joanne Grill (62 tahun), seorang pendukung, saat merayakan kemenangan Mamdani.

Zohran Mamdani sendiri adalah seorang Muslim keturunan India yang lahir di Uganda dan pindah ke New York pada usia tujuh tahun. Ia menjadi warga negara AS pada tahun 2018. Latar belakangnya sebagai konselor perumahan pencegahan penyitaan di Queens, yang membantu pemilik rumah berpenghasilan rendah berkulit berwarna, menjadi inspirasi utamanya terjun ke politik.

Program Populis dan Pembiayaan Agresif
Dalam kampanye cerdas digitalnya yang viral di media sosial, Mamdani menjanjikan sejumlah program populis yang berani, seperti:

- Membekukan biaya sewa bagi penyewa yang stabil.
- Membuat bus kota bebas tarif.
- Menyediakan penitipan anak umum untuk anak-anak di bawah usia enam tahun.
- Menciptakan toko kelontong milik kota yang membeli dan menjual dengan harga grosir.
- Menaikkan upah minimum menjadi US$30 per jam pada tahun 2030.

Rencana ambisiusnya ini akan dibiayai dengan menaikkan tarif pajak perusahaan menjadi 11,5 persen dan mengenakan pajak kepada warga New York yang berpenghasilan lebih dari US$1 juta per tahun dengan tarif tetap 2 persen.

Lonjakan popularitasnya didukung oleh kampanye media sosial agresif yang berhasil menjangkau pemilih muda yang apolitis, membuktikan bahwa politik small donor dan isu kerakyatan masih bisa menang di kota big money.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita