Apa Itu Siklon Tropis Senyar yang Sebabkan Bencana di Aceh-Sumut-Sumbar? Fenomena Langka yang Jadi Ancaman Baru Cuaca RI

Apa Itu Siklon Tropis Senyar yang Sebabkan Bencana di Aceh-Sumut-Sumbar? Fenomena Langka yang Jadi Ancaman Baru Cuaca RI

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO -
   Kabar darurat cuaca kembali mengemuka setelah BMKG menyatakan Indonesia tak lagi sepenuhnya aman dari lintasan siklon tropis.

Kemunculan Bibit Siklon Tropis 95B yang kemudian menguat dan berevolusi jadi Siklon Tropis Senyar di Selat Malaka menandai babak baru dinamika atmosfer Nusantara, sekaligus memperkuat tren lima tahun terakhir di mana siklon tropis semakin dekat bahkan masuk ke wilayah Indonesia.

Senyar saat ini bergerak menuju wilayah Aceh dan diperkirakan memberi dampak hujan sangat lebat hingga ekstrem, angin kencang, dan potensi banjir serta longsor. Berawal dari Bibit Siklon 95B yang terpantau di wilayah perairan hangat Selat Malaka bagian timur Aceh.

Dalam kurun waktu yang relatif singkat, sistem tekanan rendah ini berevolusi menjadi siklon tropis akibat suplai energi panas dari permukaan laut yang menguat, memicu pembentukan awan konvektif besar dan rotasi atmosfer. Proses ini menandai perubahan dari bibit siklon menjadi sistem siklon tropis yang matang.

Secara struktur, Senyar saat ini berpusat pada koordinat sekitar 5° LU dan 98° BT dengan tekanan minimum 998 hPa dan kecepatan angin maksimum 43 knot atau sekitar 80 km/jam. Angka-angka ini menandakan bahwa Senyar termasuk kategori siklon tropis dengan kekuatan sedang, tetapi cukup untuk menimbulkan dampak hidrometeorologis besar, terutama ketika sistem berada sangat dekat dengan daratan seperti Aceh dan Sumatra Utara.

Arah gerak Senyar juga menjadi perhatian. Sistem ini tidak berada di perairan terbuka seperti Samudra Hindia, melainkan di Selat Malaka yang berdekatan dengan daratan dan aktivitas masyarakat.

Senyar bergerak ke arah barat barat daya dengan kecepatan sekitar 10 km/jam, sehingga meningkatkan durasi paparan cuaca ekstrem di wilayah daratan, fenomena yang secara meteorologis termasuk berisiko tinggi.

Hal yang membuat Senyar tergolong langka adalah lokasinya. Siklon tropis biasanya terbentuk pada lintang 5-20 derajat dari ekuator karena membutuhkan gaya Coriolis yang cukup untuk memutar sistem atmosfer. Secara teori, daerah dekat garis ekuator tidak mendukung pembentukan siklon karena gaya Coriolis sangat lemah. Namun, kemunculan Senyar membuktikan bahwa realitas atmosfer kini tak lagi berjalan sesuai "pakem" lama.

BMKG menyebut meningkatnya suhu permukaan laut (sea surface temperature) di wilayah Indonesia sebagai pemicu utama perubahan ini.

Perairan yang semakin hangat meningkatkan potensi terbentuknya tekanan rendah, bibit siklon, maupun sistem siklon tropis lengkap. Dengan kata lain, laut yang dulunya lebih stabil kini menyediakan "bahan bakar" untuk pembentukan badai tropis-sebuah indikator penting perubahan iklim.

Fenomena Senyar juga bukan peristiwa tunggal. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia pernah terdampak Siklon Seroja yang menembus daratan pada 2021, Siklon Cempaka di selatan Yogyakarta, dan Siklon Dahlia di selatan Sumatra. Rangkaian kejadian ini memperkuat kesimpulan bahwa wilayah maritim Indonesia kini kian terpapar dinamika badai tropis, meski secara teoritis seharusnya aman.

Dampak Senyar sendiri diperkirakan tidak hanya berhenti pada hujan ekstrem. Sistem siklon memicu angin kencang, banjir bandang, banjir pesisir atau rob, tanah longsor, pohon tumbang, hingga gelombang tinggi antara 2,5 hingga 4 meter di Selat Malaka bagian utara, perairan Aceh, dan Samudra Hindia barat Aceh hingga Nias. Artinya, ancaman muncul tidak hanya di darat, tetapi juga pada sektor pelayaran dan nelayan tangkap.

Meski diproyeksikan melemah menjadi depresi tropis dalam 48 jam ke depan, Senyar tetap berpotensi menghasilkan dampak lanjutan karena sistem atmosfer yang melemah tidak serta merta langsung hilang. Kelembapan tinggi dan sisa energi siklon dapat menjadi pemicu hujan ekstrem hingga dua atau tiga hari setelah pusat siklon mulai meredup. Itulah mengapa wilayah Aceh, Sumatra Utara, Kepulauan Riau, Riau, dan Sumatra Barat tetap berada dalam status kewaspadaan.

Dalam konteks mitigasi bencana, BMKG menegaskan bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) tidak dapat digunakan untuk menangani siklon tropis karena skalanya terlalu besar, bergerak cepat, dan mengandung risiko keselamatan tinggi bagi tim operasi. Satu-satunya pendekatan efektif adalah kesiapsiagaan, perencanaan respons daerah, dan literasi publik terhadap tanda dan informasi peringatan dini.

Senyar Jauhi Indonesia


Per pukul 07.00 WIB, Kamis (27/11/2025) Siklon Topis SENYAR mengalami pelemahan intensitas sehingga menjadi EX-Siklon Tropis SENYAR. Terpantau berada di sekitar wilayah daratan Aceh bagian timur, tepatnya di sekitar 3.7°LU, 99.2°  BT, dengan kecepatan maksimum mencapai 30 knot (56 km/ jam) dan tekanan udara minimum 1001 hPa.

Menurut predisi dari BMKG, kecepatan maksimum dari EX-Siklon Tropis SENYAR akan menurun dalam 24 jam kedepan dan menjadi Tropical Depression/ Low dengan pergerakan ke arah Timur menjauhi wilayah Indonesia.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita