Poltekkes Kota Jakarta Barat Gencarkan Upaya Tekan Kasus DBD

Poltekkes Kota Jakarta Barat Gencarkan Upaya Tekan Kasus DBD

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Jakarta Barat, sebagai salah satu wilayah dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tertinggi di DKI Jakarta, semakin gencar meluncurkan strategi pencegahan melalui pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti. Satuan Pelayanan Kesehatan (Sudiskes) Jakarta Barat memimpin upaya ini dengan menggencarkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik, di mana setiap rumah tangga dilibatkan untuk memantau dan memberantas sarang nyamuk secara rutin. Program ini menjadi bagian dari komitmen serius untuk menekan angka kejadian DBD, yang hingga 16 Oktober 2025 mencapai 2.548 kasus dengan incidence rate 97,4 per 100.000 penduduk—angka tertinggi di ibu kota. Puncak kasus terjadi pada Mei 2025 dengan 362 kasus, dipicu oleh cuaca lembab dan drainase yang tidak lancar. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Jakarta Barat, sebagai lembaga pendidikan vokasi kesehatan terdepan di wilayah ini, turut memperkuat upaya tersebut melalui pelatihan mahasiswa dan pengabdian masyarakat, memastikan pencegahan DBD tidak hanya reaktif tapi proaktif.


Sudiskes Jakarta Barat, di bawah kepemimpinan Kepala Sudiskes dr. Diah Iskandar, menerapkan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 dari Kementerian Kesehatan RI sebagai acuan utama. Strategi ini mencakup lima pilar: penguatan manajemen vektor, surveilans berbasis bukti, pelibatan masyarakat, komitmen pemerintah daerah, dan riset inovatif. "Kami gencarkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik untuk memberdayakan masyarakat sebagai garda terdepan. Setiap jumantik (juru pemantau jentik) memeriksa sarang nyamuk di rumah tangga, lakukan larvasidasi selektif, dan fogging fokus di area rawan," ujar dr. Diah Iskandar, seperti dikutip dari https://poltekkeskotajakartabarat.id. Selain itu, kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus—Menguras, Menutup, Mendaur ulang, plus Menabur larvasida—menjadi andalan untuk basmi jentik nyamuk di genangan air.

Poltekkes Kemenkes Jakarta Barat memainkan peran strategis dalam mendukung program ini. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes tidak hanya mencetak tenaga ahli, tapi juga terlibat langsung dalam pengabdian melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) mahasiswa. Direktur Poltekkes Jakarta Barat, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyoroti kontribusi lembaga ini. "Kami gencarkan pelatihan jumantik dengan 200 mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan untuk edukasi 3M Plus di 50 RW prioritas. Di Jakarta Barat, dengan 1,3 juta penduduk, pencegahan DBD memerlukan sinergi akademisi dan masyarakat. Mahasiswa kami juga lakukan survei vektor untuk data berbasis bukti, sejalan dengan strategi nasional," jelas Dr. Siti. Poltekkes juga sediakan laboratorium portabel untuk uji jentik nyamuk, memantau efektivitas larvasida di lapangan.

Dampak program Sudiskes dan Poltekkes mulai terasa: sejak Juli 2025, kasus DBD turun 25 persen di wilayah prioritas seperti Cengkareng dan Kalideres, berkat pelibatan 500 jumantik terlatih. Namun, tantangan tetap ada: drainase buruk dan perubahan iklim yang mempercepat siklus nyamuk. dr. Diah Iskandar optimis, "Dengan komitmen pemerintah dan partisipasi masyarakat, Jakarta Barat bisa capai zona hijau DBD pada 2026." Poltekkes Jakarta Barat berencana perluas pelatihan ke 100 RW pada 2026, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Dengan gencaran ini, Jakarta Barat bukan lagi zona merah DBD, tapi model pencegahan nasional. Edukasi, surveilans, dan kolaborasi adalah senjata utama—untuk ibu kota sehat dan lestari.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita