GELORA.CO - Pernyataan mantan Presiden Jokowi yang mengarahkan relawannya untuk mendukung Prabowo-Gibran selama dua periode telah memicu berbagai interpretasi politik.
Bagi sebagian kalangan, manuver ini dapat dilihat sebagai upaya seorang negarawan untuk memastikan keberlanjutan program strategis warisannya, seperti IKN, serta menjaga stabilitas pemerintahan baru.
Namun, analis politik dan militer Selamat Ginting menawarkan perspektif yang jauh lebih kritis dan tajam.
Menurut analisis Ginting, tindakan Jokowi tersebut bukanlah cerminan sikap negarawan, melainkan indikasi adanya "konflik kejiwaan".
Ia menduga, Jokowi belum bisa menerima kenyataan bahwa dirinya tidak lagi berkuasa dan masih terus berusaha untuk "menyetir" pemerintahan dari luar.
“Problem apa yang terjadi dalam diri Jokowi? Memang ada konflik dalam dirinya, konflik kejiwaan yang dia enggak tahu bahwa dia sudah tidak berkuasa,” ujar Ginting dalam sebuah video yang diunggah di kanal Youtube Forum Keadilan TV, 22 September 2025.
Lebih jauh, Ginting menilai manuver ini didasari oleh rasa "haus dan maruk akan kekuasaan" serta keinginan untuk melindungi dinasti politik keluarganya.
Pernyataan "dua periode" ini dianggapnya sebagai cara congkak untuk menunjukkan kepada publik bahwa Presiden Prabowo Subianto seolah-olah masih berada di bawah kendalinya.
Menurutnya, hal ini merupakan sebuah tekanan politik yang mengganggu otonomi Prabowo sebagai presiden.
Melihat kondisi ini, Ginting bahkan menyarankan agar Jokowi lebih fokus pada kesehatannya daripada terus mencampuri urusan politik yang dinilainya sudah tidak punya makna.
“Sudahlah Jokowi menurut saya hentikan bicara tentang politik apalagi politik yang tidak punya makna. Konsentrasilah pada kesehatan dirimu,” pungkasnya. ***
Sumber: konteks