Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam penanggulangan bencana, mulai dari identifikasi risiko hingga respons darurat, sejalan dengan visi Kementerian Kesehatan untuk sistem kesehatan tangguh. Wakil Direktur Bidang Akademik Poltekkes Palembang, Ns. Dr. Hj. Sri Mulyani, M.Kep., Sp.Kep.An, membuka acara dengan menekankan urgensi kesiapsiagaan. “Di Palembang, banjir tahunan sering picu wabah penyakit seperti leptospirosis dan DBD. Pelatihan ini wajib bagi mahasiswa kami agar siap jadi garda terdepan saat bencana, melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang terintegrasi,” ujar Sri Mulyani, seperti dikutip dari https://poltekkes-palembang.org. Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan PMI memastikan pelatihan berbasis standar internasional, termasuk penggunaan alat darurat seperti defibrillator portabel dan kit pertolongan pertama.
Kegiatan berlangsung selama dua hari, dengan materi utama pertolongan pertama pada keadaan darurat (PPKD), manajemen korban massal, dan simulasi evakuasi. Narasumber dari PMI Palembang, seperti instruktur senior Budi Santoso, memandu mahasiswa melalui skenario banjir bandang di Sungai Musi, di mana peserta berlatih triase korban, pemberian oksigen, dan stabilisasi syok. “Mahasiswa Poltekkes harus paham bahwa bencana bukan hanya fisik, tapi juga mental. Kami latih mereka untuk dukung psikososial korban, seperti konseling trauma,” katanya. Mahasiswa juga diajari protokol One Health, yang mengintegrasikan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk cegah wabah pasca-bencana.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang, sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, memainkan peran krusial dalam kegiatan ini. Sebagai lembaga pendidikan, Poltekkes tidak hanya fasilitasi acara, tapi juga integrasikan pelatihan ke dalam kurikulum PKL. Direktur Poltekkes Palembang, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menyatakan bahwa program ini selaras dengan misi Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Pelatihan ini bagian dari pengabdian kami. Di Sumsel, banjir dan gempa sering terjadi, jadi mahasiswa harus siap tanggap darurat. Kolaborasi dengan PMI tingkatkan kompetensi mereka untuk jadi tenaga kesehatan tangguh,” jelas Dr. Siti. Mahasiswa Poltekkes juga lakukan survei cepat pasca-pelatihan, menunjukkan 90 persen peserta merasa lebih percaya diri tangani skenario bencana.
Dampak pelatihan ini langsung terasa: kesadaran mahasiswa naik 40 persen sejak November 2025, dengan 80 persen siap jadi relawan PMI. Ke depan, Poltekkes Palembang rencanakan simulasi bencana tahunan, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas). Dengan pelatihan seperti ini, Poltekkes Palembang bukan hanya sekolah kesehatan, tapi benteng ketangguhan—untuk Sumsel aman dari bencana.
