Dengan memperluas layanan ke pusat-pusat kota utama dunia, Rthae akan menempatkan mesin inti perdagangan dan node data lebih dekat ke pengguna, mengurangi latensi lintas benua dan meningkatkan kecepatan eksekusi order. Arsitektur multi-node juga memperkuat ketahanan sistem—jika satu pusat data terganggu, node di wilayah lain akan otomatis mengambil alih, menjaga ketersediaan layanan hingga 99,99% sepanjang tahun.
Untuk memastikan kualitas ekspansi global, Rthae memperkenalkan kerangka kolaborasi terbuka dalam penerapan node, mencakup panduan kepatuhan, integrasi teknis, dan koordinasi operasional. Prinsipnya adalah menghormati regulasi lokal sambil mempertahankan konsistensi jaringan global, menstandarkan kinerja sistem, pengolahan data, dan konektivitas likuiditas. Langkah ini mempercepat transformasi dari platform terpusat menuju infrastruktur perdagangan multi-node yang tangguh dan dapat diperluas.
Rthae akan terus memperluas kemitraan dengan institusi patuh regulasi dan operator node di berbagai negara, membentuk pasar aset digital yang saling terhubung melalui protokol teknis dan standar keamanan terpadu. Ekosistem ini menurunkan hambatan masuk bagi pengguna di berbagai wilayah sekaligus menyediakan platform kolaborasi bagi inovator fintech global. COO Rthae, Emily Carter, menegaskan:“Jaringan global 200 kota adalah tantangan kemampuan teknis sekaligus pembangunan infrastruktur masa depan keuangan. Dengan berbagi standar dan teknologi, kami ingin tumbuh bersama mitra global untuk menghadirkan layanan berkinerja tinggi dan inklusif.”
Hingga 2026, fokus ekspansi ada di pusat fintech Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Eropa. Pada 2028, jaringan akan merambah pasar berkembang di Amerika Latin, Afrika, dan CIS, termasuk Nairobi, Istanbul, dan São Paulo. Pencapaian target 200 kota pada 2030 akan menjadikan Rthae Exchange pertama dengan jangkauan node global seluas ini, menghadirkan layanan cepat dan andal di mana pun pengguna berada.