Direktur Poltekkes Kemenkes Melawi, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menegaskan bahwa angka 188 bukan sekadar statistik, melainkan sinyal darurat kesehatan masyarakat. “Kelompok usia produktif adalah tulang punggung pembangunan. Jika mereka terpapar HIV tanpa penanganan, dampaknya bukan hanya kesehatan individu, tapi juga ekonomi keluarga dan produktivitas daerah,” ujar Dr. Siti pada seminar kesehatan reproduksi di Nanga Pinoh, Juli 2025 dikutip https://poltekkesmelawikab.org. Ia menyoroti bahwa stigma masih menjadi penghalang utama; banyak penderita enggan tes karena takut dikucilkan, sehingga virus menyebar diam-diam.
Poltekkes Melawi langsung bertindak dengan meluncurkan program “Melawi Bebas Stigma HIV” yang melibatkan 120 mahasiswa Jurusan Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat. Mereka turun ke 15 desa prioritas di Nanga Pinoh, Ella Hilir, dan Sokan untuk:
- Tes cepat HIV gratis dan sukarela (VCT)
- Edukasi pencegahan melalui sekolah, pondok pesantren, dan tempat hiburan
- Pendampingan pasien ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) untuk kepatuhan minum ARV
“Kami tidak hanya memberikan tes, tapi juga konseling pra dan pasca-tes. Mahasiswa kami dilatih menjadi konselor yang ramah dan bebas judgement,” tambah Ns. Rina Sari, M.Kep, koordinator lapangan.
Data menunjukkan bahwa dari 188 kasus, 62% adalah laki-laki, 38% perempuan, dengan 12 kasus penularan vertikal (dari ibu ke bayi) sejak 2020. Sebagian besar penderita adalah pekerja migran yang pulang kampung atau pekerja perkebunan yang sering berpindah. Poltekkes Melawi bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Melawi untuk membentuk kelompok dukungan sebaya (KDS) bagi ODHA, sehingga mereka tidak merasa terisolasi.
Dr. Siti Nurhaliza juga mengkritik minimnya fasilitas layanan HIV di Melawi. Saat ini hanya ada 3 puskesmas yang menyediakan tes dan ARV gratis. “Kami mendorong Pemkab Melawi menambah layanan VCT di setiap kecamatan dan mengintegrasikan edukasi HIV ke kurikulum SMA/SMK,” tegasnya. Poltekkes siap melatih 200 kader desa sebagai “Duta Anti Stigma” pada 2026.
Dengan lonjakan kasus yang terus terjadi, Poltekkes Kemenkes Melawi menyerukan semua pihak—pemerintah, tokoh agama, sekolah, dan keluarga—untuk bersatu melawan HIV. “Usia produktif adalah aset bangsa. Jika kita diam, Melawi bisa kehilangan satu generasi. Tes dini, edukasi, dan dukungan adalah kunci,” pungkas Dr. Siti. Melawi harus bergerak sekarang—karena setiap nyawa berharga, dan pencegahan HIV adalah tanggung jawab bersama.
