Poltekkes Majalengka Ingatkan Wabah Chikungunya: Gejala Nyeri Sendi Hebat Jadi Alarm

Poltekkes Majalengka Ingatkan Wabah Chikungunya: Gejala Nyeri Sendi Hebat Jadi Alarm

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, menjadi sorotan atas munculnya wabah chikungunya yang menyerang sejumlah warga di wilayah Kecamatan Maja dan Ligung pada pertengahan 2025. Penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini menyebabkan gejala khas seperti demam tinggi mendadak, nyeri sendi dan otot hebat hingga kesulitan berjalan, serta ruam kulit. Beberapa warga mengaku lumpuh sementara karena rasa sakit yang luar biasa, dengan masa pemulihan bisa berbulan-bulan. Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Majalengka, sebagai lembaga pendidikan vokasi kesehatan terdepan di wilayah ini, segera mengingatkan masyarakat untuk waspada dan memperkuat Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebagai langkah pencegahan utama. Direktur Poltekkes Majalengka, Dr. Hj. Siti Nurhaliza, M.Kes, menekankan bahwa chikungunya bukan penyakit mematikan, tapi dampaknya sangat mengganggu produktivitas. “Nyeri sendi hebat hingga lumpuh sementara adalah gejala khas chikungunya. Di Majalengka, dengan 1,2 juta penduduk dan musim hujan, wabah ini bisa jadi KLB jika tidak dicegah dini. Kami ingatkan warga terapkan 3M Plus: Menguras, Menutup, Mendaur ulang, plus Menabur larvasida,” ujar Dr. Siti.


Menurut laporan Kabar Cirebon, wabah ini mulai terdeteksi sejak Mei 2025, dengan puluhan warga di Desa Maja dan Ligung melapor ke puskesmas setempat. Gejala awal seperti demam tinggi 39–40°C selama 2–5 hari, diikuti nyeri sendi yang sangat kuat hingga penderita kesulitan berjalan, menjadi ciri khas. “Sakitnya luar biasa, seperti tulang diremukkan. Ada yang sampai tidak bisa berdiri berhari-hari,” cerita salah satu warga, seperti dikutip dari https://poltekkesmajalengka.id. Penularan terjadi melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya menggigit penderita, dengan masa inkubasi 4–7 hari. Meskipun tidak ada kematian, dampak jangka panjang seperti nyeri sendi kronis hingga berbulan-bulan membuat warga khawatir.

Poltekkes Kemenkes Majalengka merespons dengan mempercepat program pengabdian masyarakat. Sebagai politeknik vokasi kesehatan di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes tidak hanya mendokumentasikan kasus, tapi juga mendorong pencegahan proaktif. Dr. Siti Nurhaliza menyoroti urgensi surveilans. “Wabah chikungunya ini alarm bagi kami. Di Maja dan Ligung, genangan air di kebun dan pekarangan jadi sarang nyamuk. Mahasiswa kami dari Jurusan Kesehatan Lingkungan turun lapangan melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk edukasi 3M Plus dan demo cuci tangan pakai sabun di 20 desa prioritas,” jelas Dr. Siti. Poltekkes juga sediakan layanan skrining cepat chikungunya di kampus, mendeteksi 50 kasus positif sejak Juli 2025 untuk rujukan ke puskesmas.

Upaya pencegahan meliputi fogging massal dan program “Jumantik Cilik” di sekolah untuk libatkan anak-anak sebagai agen PSN. Dampak awal: kasus chikungunya turun 15 persen di desa sasaran sejak November 2025, berkat partisipasi masyarakat. Poltekkes rencanakan workshop bulanan untuk 300 kader RW pada 2026, terintegrasi dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).

Dengan sorotan Poltekkes Majalengka, chikungunya bukan lagi musuh tak terlihat, tapi tantangan yang bisa diatasi bersama. Edukasi, surveilans, dan kolaborasi adalah senjata utama—untuk Majalengka sehat dan lestari.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita