Imam Masjid Istiqlal Ternyata Pernah Belajar Agama Yahudi di AS, Penyelenggaranya Organisasi Pro Israel

Imam Masjid Istiqlal Ternyata Pernah Belajar Agama Yahudi di AS, Penyelenggaranya Organisasi Pro Israel

Gelora News
facebook twitter whatsapp
Imam Masjid Istiqlal Ternyata Pernah Belajar Agama Yahudi di AS, Penyelenggaranya Organisasi Pro Israel

GELORA.CO -
Masjid Istiqlal belakangan menjadi sorotan. Sebabnya, masjid tersebut mengundang Direktur Hubungan Muslim-Yahudi American Jewish Committee (AJC), Ari Gordon menjadi nara sumber dalam acara seminar.

Meski akhirnya batal, agenda itu tetap menjadi sorotan publik tanah air.

Belakangan, terungkap jika Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar ternyata juga pernah menghadiri undangan AJC untuk mempelajari agama Yahudi dan diskusi lintas agama di Amerika Serikat. Simak ulasannya:

Heboh Seminar di Masjid Istiqlal Hadirkan Anggota AJC


Salah satu direktur AJC, Ari Gordon sempat dijadwalkan bakal menjadi narasumber dalam seminar bertajuk "Relations Among Abrahamic Religious Communities in History and Today".

Sebelumnya, acara itu diagendakan digelar pada Rabu, 17 Juli 2024 di Perpustakaan Masjid Istiqlal. Namun, acara tersebut dibatalkan setelah poster-poster acara seminar tersebut viral di media sosial hingga menjadi sorotan publik tanah air.

Banyak orang kemudian mengaitkan hal tersebut dengan kunjungan lima kader muda Nahdlatul Ulama (NU) ke Israel beberapa waktu belakangan.

Dua agenda itu ramai dinilai kurang etis di tengah situasi global yang mengecam genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

Karena menuai beragam kritik, kedatangan Ari Gordon ke Indonesia sebagai perwakilan AJC pun dibatalkan.

Imam Masjid Istiqlal Pernah Penuhi Undangan AJC


Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, ternyata pernah memenuhi undangan AJC.

Dilansir dari laman resmi ajc.org, Umar disebut mengikuti program fellowship selama enam minggu bersama AJC dan Jewish Theological Seminary (JTS).

Beasiswa ini mencakup studi akademis, pertemuan dengan  pejabat pemerintah, serta partisipasi dalam dialog antaragama di Amerika Serikat.

"Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia, tetapi sebagian besar orang memiliki sedikit atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Yahudi, meskipun ada hubungan dekat antara Islam dan Yudaisme," kata Nazaruddin Umar dikutip dari laman resmi www.ajc.org, Minggu 21/7/2024.

"Membangun jembatan perdamaian dan pemahaman antara agama dan masyarakat dimulai dengan mempelajari satu sama lain dengan cara mereka sendiri. Saya bersyukur atas kesempatan untuk belajar, membangun jaringan, dan merasakan 'perpustakaan hidup' di New York City, Washington, D.C., dan Los Angeles," lanjutnya.

Sementara itu, CEO AJC, Ted Deutch memuji Nazaruddin Umar telah lama menunjukkan komitmennya terhadap dialog dan pemahaman antaragama. Pihaknya mengaku terinspirasi oleh dedikasi Nazaruddin Umar terhadap keterlibatan substantif dengan kaum Yahudi dan Yudaisme.

"Pada saat hubungan Muslim-Yahudi global terlalu mudah dilihat melalui lensa konflik dan permusuhan, komitmen teguh Imam terhadap jalan yang berbeda—jalan yang berakar pada kerja sama, pemahaman, dan perdamaian—berdiri sebagai mercusuar harapan," ujarnya.

Dalam artikel di website resmi AJC itu juga ditulis, AJC adalah pemimpin global dalam hubungan antaragama dan hubungannya yang telah lama terjalin dengan Indonesia – yang dibangun terutama melalui Institut Asia Pasifik (API) – mencakup kunjungan rutin yang bertujuan untuk membina hubungan dengan jaringan luas para pemimpin agama, cendekiawan, dan tokoh politik. Pemahaman antaragama telah menjadi tujuan utama upaya AJC di negara ini dan fitur menonjol dari pekerjaannya dengan Nazaruddin Umar.

Dalam beberapa tahun terakhir, Imam Umar dan Masjid Istiqlal telah bersama-sama menyelenggarakan beberapa program untuk meningkatkan literasi agama lintas budaya. Pelatihan virtual selama seminggu bagi para pendidik Indonesia ini menampilkan pengenalan dasar tentang Yudaisme yang diajarkan oleh dosen AJC, di samping kelas-kelas tentang Islam, Kristen, dan kolaborasi antarkelompok. Demikian pula, pada tahun 2022 dan 2023, Imam Umar menyambut delegasi AJC di Masjid Istiqlal dan menampilkan para pakar AJC pada program panel tentang 'Pendidikan Lintas Agama' dan 'Antisemitisme dan Islamofobia di Dunia Saat Ini," tulis artikel itu.

Selama enam minggu di AS, program Nazaruddin Umar berpusat pada studi akademis dasar tentang Yudaisme dan Yahudi. Beasiswanya juga mencakup kunjungan ke puluhan sinagoge dan lembaga pendidikan Yahudi, tempat ia mengeksplorasi berbagai pendekatan terhadap pembelajaran dan kehidupan spiritual Yahudi.

Selama pengalaman ini, Nazaruddin Umar terlibat dengan komunitas Ortodoks, Konservatif, Reformasi, dan non-denominasi, serta Yahudi Ashkenazi, Sephardic, dan Mizrahi, yang mewakili perspektif Yahudi Amerika yang liberal dan konservatif.

Dialog antaragama juga merupakan fitur utama dari Persekutuan AJC. Selain pertemuan dengan komunitas Yahudi, Nazaruddin Umar juga berpartisipasi dalam pertukaran substantif dengan para pemimpin akademis dan agama dari tradisi Kristen, Muslim, dan agama lainnya.

Di antaranya, ia bertemu dengan Kardinal Timothy Dolan dan Uskup Agung José Gomez, masing-masing kepala Keuskupan Agung New York dan Los Angeles; Pendeta Randolph Hollerith, Dekan Katedral Nasional Washington; dan Imam Talib Shareef, Presiden Masjid Muhammad, Masjid Nasional.

Ia juga melakukan kunjungan lapangan dan dialog di lembaga-lembaga sipil utama, termasuk Pusat Sejarah Yahudi, Perpustakaan Umum New York, Pusat Kebudayaan Skirball, dan Museum Peringatan Holocaust AS.

Peringatan Muhammad Syamsi Ali soal Fenomena Tersebut


Imam Islamic Center New York sekaligus Direktur Jamaica Muslim Center Muhammad Syamsi Ali, pernah memberikan peringatan kepada negara-negara muslim di dunia, khususnya Indonesia.

Saat ini, banyak kelompok Yahudi yang mempromosikan zionis Israel ke dunia internasional melalui pendekatan-pendekatan berlabel diskusi lintas agama.

Ali menyebut, hal itu harus jadi perhatian khusus bagi banyak pihak terutama umat muslim.

Menurutnya, penting untuk jeli dan berhati-hati jangan sampai dialog antar agama hanya dijadikan stempel.

"Jangan-jangan di balik dari dialog itu ada misi besar. Khusus untuk Komunitas Yahudi, pastinya misi zionis Israel jadi misi utama.

Untuk membela dan memenangkan Israel dalam dialog-dialog yang mereka lakukan," kata ALi dikutip dari kasuaritv Minggu (21/7/2024).

Salah satu organisasi yang dimaksud adalah AJC, organisasi Yahudi yang misinya  mendukung dan mempromosikan Zionis Israel ke dunia internasional, khususnya dunia Islam.

Tujuannya agar negara-negara Islam luluh dan mengakui Israel sebagai dengan membangun hubungan diplomatik. 

Hal itu seperti yang terjadi dengan beberapa negara Timur Tengah, termasuk Emirates, Bahrain, Sudah, Mesir, dan Jordan.

Semua hubungan itu bermula dengan dialog-dialog antar agama yang dibumbui janji solusi dua negara (two states solution) sesuai dengan 'Abrahamic Accord'.\

Apa itu AJC?


Dikutip dari website resminya, American Jewish Committee (AJC) merupakan lembaga global yang mendukung Israel untuk eksis dan berpusat di Amerika Serikat.

Mereka aktif membela Israel menghadapi antisemitisme dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yang menyatukan orang-orang Yahudi.

Sebagai organisasi pro-Israel, AJC secara implisit menampik peristiwa penyerangan Israel ke Palestina sebagai sebuah genosida.

Organisasi tersebut justru menuding Hamas sebagai pelaku pembantaian terburuk yang menimpa kaum Yahudi sejak Holocaust.

Sumber: merdeka
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita