Selain merampas hak pejalan kaki, pemasangan baliho secara asal-asalan tersebut juga berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan jika dilalui tunanetra.
Dalam unggahan video yang dibagikan akun Instagram @koalisipejalankaki Selasa, 16 Januari 2024, tampak seorang tunanetra sedang melintas di atas trotoar tersebut.
Dia terlihat berjalan mengikuti susunan guiding block sebagai penunjuk arah. Di tengah jalan, langkahnya terhenti lantaran menabrak baliho caleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Ketika berusaha mencari jalan, disabilitas netra itu tampak melipir ke kanan hingga nyaris memasuki bahu jalan yang dilalui banyak kendaraan bermotor.
“Hambatan terbesar sebab adanya baliho melintang memenuhi akses trotoar ialah, akses disabilitas netra yang dipandu oleh 'guiding block',” tulis caption unggahan.
“Non-disabilitas saja akan kesulitan berjalan di trotoar dengan kondisi seperti ini, dan di video ini juga diperlihatkan kasus tunanetra yang berjalan melintasi trotoar ini (segmen ke-dua di video),” sambung caption unggahan.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Alfred Sitorus menyebut kondisinya pemasangan baliho di trotoar sudah sangat parah.
"Kalau bicara angka tingkat keparahan, dari 1 sampai 10 per hari ini sudah 8," ujar Alfred kepada wartawan Rabu pagi.
Menurutnya, pemasangan atribut kampanye di trotoar akan menimbulkan konflik baru dengan pejalan kaki. Terlebih mereka yang berkebutuhan khusus, seperti tunanetra dan disabilitas.
"Ruang pejalan kaki ini jadi sasaran empuk bagi mereka (peserta pemilu) yang tidak memiliki rasa simpati dan tanggung jawab," ucapnya.
"Kalau akses jalannya diblok, orang pasti turun ke jalan. Ini berbahaya (bisa menyebabkan kecelakaan)," sambungnya.
Terakhir, dia mengimbau kepada para peserta pemilu yang masih bandel dengan memasang alat peraga kampanye di trotoar dan tempat-tempat yang dilarang agar segera bertobat.
Sumber: viva