Praka Jumardi Gugur Ditembak KKB, Ibunya Pingsan dan Sang Ayah Kenang Telepon Terakhir Putranya

Praka Jumardi Gugur Ditembak KKB, Ibunya Pingsan dan Sang Ayah Kenang Telepon Terakhir Putranya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Duka menyelimuti keluarga  Praka Jumardi, anggota Satgas Yonif Raider 303/SSM/13/1 Kostrad, yang  gugur akibat  ditembak kelompok kriminal bersenjata ( KKB), Jumat (3/3/2023).

Ayah korban, Hermanto, mengenang momen telepon terakhir dari sang putra.

Hermanto mengatakan, ia dan istrinya terakhir kali berkomunikasi dengan korban pada Februari 2023 lalu.

Kala itu, Jumardi bercerita bahwa dirinya dipindahtugaskan ke Papua.

"Bulan lalu terakhir komunikasi. Dia menelepon sama mamanya, dia sampaikan mau pindah tugas. Ternyata ini maksudnya pindah tugas," ujarnya, Sabtu (4/3/2023), dikutip dari Tribun Timur.

Hermanto menuturkan, semenjak menjadi anggota TNI, putranya tersebut baru tiga kali pulang ke rumah.

"Semenjak menjadi TNI tahun 2013, baru tiga kali pulang kampung. Jarang sekali memang pulang itu anakku karena bertugas," ungkapnya.

Hermanto, ayah almarhum  Praka Jumardi bercerita bak mendapat firasat sebelum kepergian sang anak untuk selama-lamanya.

Hermanto dan istrinya mengalami kejadian aneh, merasa gelisah terus menerus.

Kegelisahan memikirkan anak pertamanya itu membuatnya sampai tak bisa tidur dua hari dua malam.

Hingga akhirnya ia mendapatkan kabar, anaknya yang merupakan anggota TNI Yonif Raider 303/SSM Divisi 1 Kostrad  gugur dalam kontak tembak dengan Kelompok Kriminal Bersenjata ( KKB) di Kampung Pamebut, Distrik Yugumuka, Kabupaten Puncak, Papua, Jumat (3/3/2023).

"Waktu hari Kamis saya gelisah berdua mamanya selama dua hari. Sampai-sampai tidak bisa tidur. Saya bilang ada apa ini?" kata Hermanto ditemui Tribun-Timur.com dikediamannya Jl Kemauan, Leppangeng RT/RW 006/002, Desa Patangkai, Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Sabtu (4/3/2023).

"Ternyata anakku meninggal hari Jumat, hari di mana dia lahir," tambahnya.


Terakhir kali Hermanto berkomunikasi dengan anaknya sekitar satu bulan lalu.

 Praka Jumardin kala itu memberitahu kedua orangtuanya jika ia akan dipindahtugaskan ke Papua.

"Bulan lalu terakhir komunikasi. Dia menelepon sama mamanya, dia sampaikan mau pindah tugas. Ternyata ini maksudnya pindah tugas," jelasnya.

Hermanto juga menambahkan, semenjak anaknya menjadi anggota TNI, baru tiga kali ia melihatnya pulang ke rumah.

"Semenjak menjadi TNI tahun 2013 baru tiga kali pulang kampung. Jarang sekali memang pulang itu anakku karena bertugas," kenangnya.

Hermanto mengaku sempat terlambat mendapat kabar akan kepergian anaknya.

Saat itu dirinya sedang berada di sawah.

Dirinya baru mengetahui kabar itu setelah ada yang datang memberitahunya.

Ia diberi tahu, bahwa ada yang sedang mencarinya di rumah.

Tiba di rumah, Hermanto melihat banyak tentara di rumahnya.

Di situ ia diberi tahu, jika anaknya  Praka Jumardi  gugur dalam tugasnya di Papua.

Hermanto hanya bisa pasrah. Sementara istrinya pingsan usai mendengar kabar tersebut.

"Saya baru tahu anakku meninggal kemarin pas pulang dari sawah. Itu pun karena ada orang datang panggil saya di sawah. dia bilang ke saya, kalau ada yang cari saya di rumah," kata Hermanto.

"Setelah itu saya langsung pulang. Pas sampai di rumah, saya lihat banyak tentara. Mamanya langsung pingsan dan diangkat ke rumah," sambungnya.

Jenazah Praka Jumardi sudah dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada Sabtu.

Kronologi penembakan  KKB di Kabupaten Puncak

Serangan KKB menyebabkan satu orang warga tewas, satu anggota TNI  gugur dan enam warga mengalami luka tembak.

Komandan Korem 172/PVB Brigjen Sugeng Widodo mengungkapkan bahwa kejadian tersebut bermula pada Jumat pukul 06.45 WIT.

Saat itu, kelompok kriminal bersenjata (  KKB) tiba-tiba menyerang personel Satgas Raider Batalyon 303.

Sugeng menyebut,  KKB melepaskan tembakan tidak terarah dalam jumlah yang cukup banyak.

"Mulai dari pagi, Batalyon 303 telah terjadi kontak tembak yang disebabkan di sana ada kelompok yang berseberangan itu membawa senjata dan menembak anggota kami yang ada di Sinak dengan membabi buta," ujar Sugeng, di Ilaga, Puncak, Jumat.

Serangan tersebut, sama sekali tidak mengenai personel TNI yang ada di lokasi kejadian.

Tetapi tidak lama berselang, diketahui ada seorang ibu yang terkena tembakan.

"Salah satu dari tembakan itu mengenai masyarakat, dalam hal ini mama-mama yang ada di sana," kata dia.

Mengetahui situasi tersebut, personel Batalyon 303 mencoba mengevakuasi korban yang diketahui bernama Tarina Murib ke tempat yang lebih aman dan diberikan penanganan medis.

Tetapi, di saat evakuasi,  KKB kembali melepaskan tembakan dan menyebabkan salah satu anggota bernama  Praka Jumardi tertembak.

"Kemudian saat kontak tembak berhenti, anggota kami berusaha membantu mama-mama yang tertembak untuk dievakuasi dan diobati. Rupanya saat mengevakuasi, salah satu anggota kami justru kena tembak di bagian kiri," kata Sugeng.

Akibat luka tersebut,  Praka Jumardi mengalami luka yang parah dan terlambat memperoleh pertolongan sehingga nyawanya tidak bisa diselamatkan.

"Kondisinya kritis dan muntah darah, setelah kami evakuasi ke pos dan begitu dokter datang, (korban anggota) sudah tidak tertolong lagi sehingga dinyatakan dokter sudah tidak ada," kata dia.

Kemudian pada Jumat siang, jenazzah  Praka Jumardi dievakuasi ke Mimika dan selanjutnya akan diterbangkan ke Bone, Sulawesi Selatan.

Mengenai situasi di lokasi kejadian, Sugeng memastikan personel TNI-Polri terus bersiaga dan melakukan patroli agar KKb tidak berulah lagi di daerah tersebut dan masyarakat bisa kembali melakukan aktivitasnya dengan tenang.

"Aparat kami sedang melaksanakan patroli, ada juga yang konsolidasi untuk mengembalikan situasi kembali kondusif," ucap dia.

Sumber: tirbunnews
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita