Pidato Terakhir DN Aidit di Sumur Tua Markas Batalyon, Hidup PKI! Lalu DOR!

Pidato Terakhir DN Aidit di Sumur Tua Markas Batalyon, Hidup PKI! Lalu DOR!

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - DN Aidit tertangkap pada 22 November 1965. Ia diinterogasi di Markas Brigif IV dan rencananya akan dibawa ke Semarang untuk diadili. Namun, nyawa Aidit justru melayang di Markas Batalyon 444, di tepi sumur tua.

Ketua Committee Central Partai Komunis Indonesia DN Aidit ditangkap di Solo pada 22 November 1965 oleh Tentara Nasional Indonesia. Kolonel Yasir Hadibroto selaku Komandan Brigade IV Infanteri adalah kaki tangan yang digunakan Soeharto untuk “membereskan” Aidit.

Dilansir dari Buku “Seri Buku Tempo: Aidit”, setelah tertangkap, malam itu juga Yasir menginterogasi Aidit di Markas Brigif IV Loji Gandrung, Solo. Dalam pemeriksaan verbal ini, Aidit mengaku bertanggung jawab atas peristiwa G30S.

“Saya adalah satu-satunya orang yang memikul tanggung jawab paling besar dalam peristiwa G30S yang gagal dan yang didukung oleh anggota-anggota PKI yang lain, dan organisasi massa di bawah PKI," kata Aidit dalam surat pemeriksaan yang ditandatanganinya.

Pada dini hari setelah interogasi itu, Aidit berkali-kali meminta untuk bertemu dengan Presiden Sukarno. Yasir jelas menolaknya. “Jika diserahkan kepada Bung Karno, pasti akan memutarbalikkan fakta sehingga persoalannya akan jadi lain,” kata Yasir seperti dikutip oleh Tempo dari Buku Abdul Gafur “Siti Hartinah Soeharto: Ibu Utama Indonesia”.

Rencananya, dari Solo Aidit akan dibawa ke Semarang, yaitu Markas Kodam Diponegoro. Tetapi, Aidit tak pernah sampai ke Semarang atau bahkan diadili. Sewaktu meninggalkan Solo. Aidit diiringi dengan tiga buah mobil jip. Yasir berada di jip paling belakang bersama Aidit dengan tangan terborgol.

Di tengah perjalanan, alih-alih membawa Aidit ke Semarang, Yasir justru membawa Aidit ke Markas Batalion 444 tanpa sepengetahuan kedua jip yang lain.

Di sana, Yasir bertanya apakah ada sumur di markas tersebut. Mayor Trisno, yang merupakan komandan batalion kemudian menunjukkan sebuah sumur tua di belakang rumahnya. Aidit kemudian dibawa ke sumur tua tersebut.

Di tepi sumur tua itu, Yasir mempersilahkan Aidit untuk mengucapkan kata terakhir. “Aidit berteriak kepada saya, daripada saya ditangkap lebih baik kalian bunuh saja,” kata Yasir seperti dikutip oleh Tempo dari Buku Julius Pour “Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang”

Setelah itu Aidit sempat berpidato dengan berapi-api yang diakhir dengan teriakan “Hidup PKI!”. Yasir dan beberapa tentara yang berada di sana kemudian marah. Sejurus kemudian, “dor!. Dada Aidit berlubang dan kemudian tubuhnya terjungkal masuk ke dalam sumur tua. DN Aidit meninggal sebelum sempat diadili. [tempo]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita