Mahasiswa Perusak dan Pembakar Kampus IAIN Madura Buron, Diminta Serahkan Diri

Mahasiswa Perusak dan Pembakar Kampus IAIN Madura Buron, Diminta Serahkan Diri

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Delapan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura di Pamekasan ditetapkan sebagai tersangka perusakan dan pembakaran kampus dalam demo rusuh beberapa waktu lalu.

Dari delapan mahasiswa tersebut, lima orang sudah jadi tersangka. Sementara tiga orang lainnya ditetapkan sebagai buronan oleh kepolisian setempat. Oleh sebab itu, polisi mengimbau tiga mahasiswa tersebut menyerahkan diri.

Tim Reskrim Polres Pamekasan Jawa Timur meminta tiga mahasiswa tersebut menyerahkan diri untuk menjalani proses hukum dan tidak mempersulit petugas.

"Ini kami sampaikan agar menjadi perhatian kepada para pelaku dan tidak mempersulit petugas dalam melakukan penyidikan," kata Kasat Reskrim Polres Pamekasan AKP Tomy Prambana, dikutip dari Antara, Kamis (02/09/2021).

Kasus perusakan fasilitas kampus IAIN Madura terjadi pada 30 Juli 2021, saat mereka berunjuk rasa menuntut penurunan uang kuliah tunggal (UKT) di kampus itu. Unjuk rasa yang digelar mahasiswa itu awalnya berlangsung damai, namun dalam perkembangan berubah menjadi rusuh.

Sejumlah fasilitas kampus dirusak pengunjuk rasa, bahkan pos satuan pengamanan (satpam) kampus IAIN Madura dibakar oleh mereka. Ia menjelaskan setelah kejadian itu, polisi menangkap lima mahasiswa sebagai tersangka, termasuk korlap aksi.

Penangkapan itu setelah petugas melakukan penyelidikan dan memeriksa sejumlah pihak dari unsur satuan pengamanan kampus, dosen, dan peserta unjuk rasa yang berujung rusuh itu.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, petugas lalu menetapkan delapan orang sebagai tersangka, dengan perincian lima orang ditangkap dan tiga lainnya buron serta masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

Saat ini, pihaknya terus melakukan pencarian dengan cara berkoordinasi dengan polsek jajaran, dan beberapa polres di bawah Polda Jatim untuk melacak kemungkinan keberadaan tiga mahasiswa itu.

"Kami juga meminta bantuan tim intel Polres Pamekasan untuk melacak keberadaan ketiga orang mahasiswa yang masuk dalam daftar pencarian orang tersebut," katanya.

Sebelumnya, Rektor IAIN Madura Moh Kosim menyatakan proses hukum bagi mahasiswanya yang melakukan perusakan fasilitas kampus itu perlu dilakukan, karena tindakan mereka telah melampai batas etika moral sosial dan agama.

"Dasar itulah yang menjadi pertimbangan kami mengapa proses hukum harus tetap berjalan. Silakan saja menyampaikan aspirasi terhadap hal-hal yang tidak disetujui dari kebijakan akademik, tapi jangan melakukan perusakan, karena itu tindakan melawan hukum, di samping memang tidak etis secara agama, adat, dan sosial," katanya.

Unjuk rasa berujung rusuh di kampus IAIN Madura itu, diketahui digerakkan oleh presiden mahasiswa berinisial SB. Aksi itu menuntut penurunan UKT 50 persen dari 30 persen yang ditetapkan pihak kampus.

Sejumlah fasilitas kampus yang rusak, seperti kaca aula dan pos pengamanan karena dibakar pengunjuk rasa.[suara]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita