Cerita Israel Berkali-kali Gagal Bunuh Pemimpin Militer Hamas

Cerita Israel Berkali-kali Gagal Bunuh Pemimpin Militer Hamas

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Suatu rekaman audio dari seorang anggota kelompok bersenjata Palestina mengirim peringatan yang jelas bagi Israel bulan ini.

Rekaman itu menyebutkan bahwa Israel akan "membayar mahal" bila tidak memenuhi tuntutan Hamas, yaitu kelompok Palestina yang menguasai Jalur Gaza.

Audio itu adalah suara Mohammed Deif, seorang pemimpin sayap militer Hamas.

Dari bayang-bayang Gaza, salah satu orang yang paling dicari Israel itu kembali bersuara untuk kali pertama dalam tujuh tahun terakhir.

Bagaimana rasanya hidup di Jalur Gaza?
Siapa Hamas dan bagaimana kiprahnya?
Hamas melawan Israel dengan hujan roket, seperti apa sistem persenjataannya?
Tetapi ketika peringatannya tidak diindahkan, konflik mengguncang Israel dan Gaza selama 11 hari sebelum muncul gencatan senjata.

Sedikitnya 242 orang tewas di Gaza, ungkap Perserikatan Bangsa-Bangsa, 13 orang lainnya tewas di Israel selama pertempuran yang berlangsung 10-21 Mei lalu.

Menurut PBB, sedikitnya 129 orang yang tewas di Gaza adalah warga sipil. Militer Israel mengeklaim 200 orang yang tewas adalah militan Palestina, sedangkan pemipin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, mengaku jumlah pejuangnya yang tewas sebanyak 80 orang. Namun, walau berada di garis depan pertempuran, Deif tidak masuk dalam daftar yang tewas.

"Di sepanjang operasi, kami berusaha membunuh Mohammed Deif," ujar juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Hidai Ziberman, seperti dikutip New York Times.

Setidaknya sudah dua kali upaya Israel membunuh Deif selama konflik kemarin, ungkap seorang pejabat IDF kepada BBC. Namun, lagi-lagi gagal. Berarti sudah tujuh kali dia selamat dari upaya pembunuhan oleh Israel dalam dua dekade.

Situasi ini cukup bikin frustrasi militer Israel, yang menargetkan pembunuhan sebanyak mungkin komandan Hamas selama konflik bersenjata.

"Mereka jelas punya daftar orang yang diyakini penting bagi kemampuan militer Hamas," kata pengamat keamanan Timur Tengah Matthew Levitt kepada BBC. "Di urutan teratas daftar itu adalah Mohammed Deif."

'Tamu' Jalur Gaza
Informasi mengenai Deif selama ini lebih banyak dari laporan media massa di Israel dan Palestina. Mereka mengungkapkan bahwa Deif lahir di kamp pengungsi Khan Yunnis di Jalur Gaza pada 1965, saat wilayah itu diduduki Mesir.

Nama lahirnya adalah Mohammed Diab Ibrahim al-Masri. Namun, seiring waktu saat dia terus berpindah tempat menghindari serangan udara Israel, dia lalu lebih dikenal sebagai Deif, yang dalam bahasa Arab berarti "tamu."

Sedikit informasi mengenai masa kecil Deif, yang tumbuh di tengah kecamuk konflik Israel-Palestina di Timur Tengah.

Palestina, GazaRatusan rumah warga Palestina hancur di Gaza akibat konflik Mei lalu. (EPA)

Deif kemungkinan masih remaja saat dibentuknya Hamas dan dia bergabung ke kelompok itu di akhir 1980an. Gigih melawan Israel, Deif langsung menanjak setelah bergabung dengan sayap militer Hamas, Brigade Izzedine al-Qassam.

"Dia dipandang sebagai pejabat Hamas garis keras," kata Levitt, mantan penasihat kontra-terorisme di Departemen Luar Negeri AS. Menurut dia, Deif dekat dengan sejumlah komandan Hamas garis keras, seperti Yehya Ayyash, yang dikenal sebagai pembuat bom berjuluk "insinyur."

Ayyash dituding atas serangkaian serangan bom dengan bus di Israel di awal 1990an. Setelah Ayyash dibunuh oleh Israel pada 1996, sejumlah serangan bom dengan bus masih terjadi. Sebagai didikan Ayyash, Deif dituduh atas rangkaian serangan balas dendam itu, begitu dengan serangan-serangan lain atas warga Israel.

Map

Aksi-aksi itulah yang melambungkan nama Deif dan posisinya. Pada 2002, dia mengambil alih sebagai pemimpin sayap militer Hamas setelah pembunuhan atas pendirinya, Salah Shehadeh.

Sebagai pemimpin sayap militer, Deif dianggap sebagai perancang senjata andalan Hamas, yaitu roket Qassam, dan jaringan terowongan bawah tanah Gaza. Deif diduga lebih banyak menghabiskan waktunya berada di terowongan-terowongan itu demi menghindari serangan Israel sambil melancarkan operasi militer Hamas.

'Kucing dengan sembilan nyawa'
Bagi Deif, menghindar dari pantauan merupakan urusan hidup dan mati.

Selama tahun 2000an, dia selamat dari empat upaya pembunuhan oleh Israel walau harus menderita luka-luka parah - termasuk kehilangan salah satu mata dan beberapa bagian tubuhnya, menurut laporan dari Israel.

Mantan kepala dinas intelijen IDF mengungkapkan parahnya luka-luka yang dialami Deif setelah serangan udara Israel atas rumah seorang anggota Hamas pada 2006.

"Banyak yang mengira dia tidak akan bisa lagi berfungsi sebagai pemimpin dan perencana militer," kata pensiunan jenderal Israel itu kepada BBC. "Tapi dia bisa pulih semampunya. Walau hilang satu mata, ya sudah hilang saja."

Selamatnya Deif dari beberapa kali upaya pembunuhan Israel itu lah yang membuat dia berjuluk "kucing dengan sembilan nyawa" di kalangan musuh-musuhnya.

Upaya pembunuhan kelima atas Deif terjadi saat operasi militer Israel di Gaza pada 2014.

Saat itu Israel melancarkan serangan udara atas sebuah rumah di kawasan Sheikh Radwan di Gaza, yang menewaskan istri Deif, Widad, dan anaknya yang masih bayi, bernama Ali. Israel mengira serangan itu turut menewaskan Deif, tapi dia ternyata sedang tidak ada di bangunan tersebut ketika serangan berlangsung.

Tak lama kemudian, Hamas menyatakan bahwa Deif "masih hidup dan memimpin operasi militer" atas Israel.

Hamas, Jalur GazaDeif menjalankan operasi militer Hamas di Jalur Gaza. (Getty Images)

Selamatnya Deif dari beberapa kali serangan Israel sebagian bisa jadi karena dia tidak menggunakan teknologi komunikasi modern, kata kalangan pakar keamanan.

"Kalau Anda tidak pakai telepon dan juga tidak pakai komputer maka akan sulit dideteksi oleh dinas intelijen modern," kata Levitt.

Dalamnya jaringan terowongan Hamas, intelijen yang sudah tidak akurat, risiko munculnya korban jiwa yang tak berdosa, dan amunisi yang tidak berfungsi sempurna juga merupakan sejumlah penyebab selamatnya Deif dari beberapa kali upaya pembunuhan," ungkap mantan kepala intelijen militer itu.

Punya peran penting

Sehari sebelum konflik diakhiri dengan gencatan senjata, seorang pejabat senior Hamas kepada Associated Press mengungkapkan bahwa Deif memimpin operasi militer di Gaza. Dia diyakini tetap memimpin walau sudah berlaku gencatan senjata.

Seorang pejabat IDF kepada BBC mengatakan bahwa pihaknya tetap memburu Deif, namun tidak bisa diungkapkan lebih lanjut mengingat ini misi rahasia.

Levitt mengaku tidak terkejut bila Israel tetap mengincar Deif. Namun dengan kembali lolosnya Deif dari serangan Israel di pertempuran terakhir justru akan mendongraknya citranya.

"Alasan utama [Israel] ingin dia mati adalah dia benar-benar mewakili angkatan lama, dia memiliki kedudukan itu," kata Levitt. "Ada sebagian kecil pimpinan militan senior yang sudah ada sejak kelompok itu dibentuk. Maka dia punya status yang unik."

Hamas, Jalur GazaDeif dianggap punya peran penting dalam menembakkan roket-roket Hamas ke Israel. (Reuters)

Banyak hal lain yang unik tentang kehidupan Deif, sosok misterius yang terkenal sekaligus tidak terlihat.

Bahkan di jalan-jalan wilayah Gaza, hanya sedikit orang yang mengenali Deif dan hanya segelintir yang bisa menceritakan militansinya. Merujuk pada data jajak pendapat, Levitt mengatakan bahwa banyak orang Palestina tampaknya "tidak terlalu terpikat pada pemimpin paling militan di Hamas itu."

Tapi, walau gencatan senjata diumumkan, tetap saja ada yel-yel meneriakkan nama Deif oleh sejumlah warga Palestina. "Dengan jiwa dan darah, kami menebusmu, Deif," kata mereka sambil bernyanyi saat merayakan dimulainya gencatan senjata di tengah-tengah puing-puing bangunan di Gaza.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita