Prof Henry Subiakto Sebar Hoaks dan Ngeles, Memalukan Sekali

Prof Henry Subiakto Sebar Hoaks dan Ngeles, Memalukan Sekali

Gelora News
facebook twitter whatsapp



GELORA.CO - Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika, Prof Henry Subiakto tertangkap basah menyebarkan hoaks di media sosial Twitter. Bukannya minta maaf, dia malah ngeles. Memalukan sekali.

Kemarin, Henry memposting konten yang menggambarkan seseorang sedang berduel di gerbong kereta. “Ada fenomena rasis di Amerika Serikat. Bule benci wajah-wajah Asia. Ini anak Indonesia di San Diego AS diserang bule. Dia adalah Anton Karundeng, orang Menado Surabaya. Si bule nggak tahu kalau Anton jago berantem. Video ini dapat dari FB Pak Peter F Gontha,” tulis Henry dalam keterangan video yang diunggahnya.

Postingan itu pun langsung mendapatkan perhatian warganet. Tercatat sudah 1.179 yang menontonnya.

Namun belakangan diketahui postingan itu tidak benar alias hoaks. Adalah @raviopatra yang membongkarnya.

“Halo @henrysubiakto, biasakanlah memeriksa informasi sebelum dikirim di media sosial. @kemkominfo tolong ini dikasih stempel hoax ya. Bersama kita hentikan disinformasi!!” cuitnya sambil memasang tangkapan layar cuitan Prof Henry.

Video ini kemudian menuai komentar netizen. Mereka tak habis pikir Henry yang seharusnya menangkal hoaks justru menyebarkan berita yang keabsahannya belum teruji.

Usai banyak teguran dan dihujat warganet, Henry pun memilih menghapus cuitannya tersebut. Namun, sayang sudah banyak yang mengabadikan cuitannya.

Henry pun menjelaskan maksud dari unggahannya. Dia mengaku, sengaja meng-upload video tersebut untuk menarik perhatian publik tentang sesuatu yang belum jelas kebenarannya. “Saya justru kadang sengaja bereksperimen, apa yang sudah tersebar cukup lama di banyak WA group & FB,” ujarnya.

Apa hasilnya? Ternyata reaksi di twitter itu lebih cepat dalam mengoreksi content, terutama pada akun yang jelas pemiliknya. Hanya sejam sudah banyak yang ngoreksi. “Baguslah. Thanks,” sambung Henry.

Karena kelakuannya, Henry pun di-bully warganet. Tokoh Nahdlatul Ulama, Umar Hasibuan salah satunya. “Setelah bikin hoaks lalu bilang eksperimen. Ada ya model pejabat sekaligus profesor model gini? Sebarkan hoaks lalu bilang eksperimen. Ajaib,” ujarnya Gus Umar di akun Twitternya, @UmarAlChelsea75.

“Jadi kalo bikin hoax, nanti bilang aja lagi bereksperimen gitu?” tambah @PengadilanRaky1.

Akun @Ono_1707 mempertanyakan motif yang dilakukan Henry di postingannya. “Kan ada undang-undang yang mengatur tentang berita hoaks, Kenapa bapa bisa seenaknya mempermainkan Undang-Undang ITE dengan berita hoaks? Nanya saja. Apa yang bapa lakukan bisa engga itu berlaku buat semua warga negara??” paparnya.

“Prof semprul. Gampang kali ngelesnya kaya petinju ngeles terus,” ucap @LilyGunawan9. Akun @PineksoRoyi1 mengusulkan Henry agar lebih selektif menyebarluaskan konten. “Hihihi. Mestinya dia tulis ‘video’ hanya sekedar ilustrasi,” nyinyirnya.

Akun @I_Ariefr menerangkan mekanisme dari eksperimen. “Eksperimen yang dilakukan akademisi itu wajib dicantumkan footnote-nya, mr @henrysubiakto! Ibarat uji coba vaksin ke masyarakat, masa iya nggak bilang kalau itu uji coba?? Memalukan,” cetusnya. “Prof ngeles,” tekan @YVarino.

Lalu bagaimana tanggapan Kementerian Komunikasi dan Informatika? Pelaksana Tugas (Plt) Kabiro Humas Kemenkominfo, Ferdinandus Setu mengatakan, cuitan Henry merupakan urusan pribadi.

“Langsung tanyakan ke Prof Henry aja. Mungkin dia punya penjelasan, saya belum tahu. Satu atau dua kalimat dia udah jadi berita enak,” ucapnya saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.

Source: rmid

BERIKUTNYA
SEBELUMNYA