Densus 88 Bekuk Dua Terduga Teroris di Jatim, Panci di Dapur Disita

Densus 88 Bekuk Dua Terduga Teroris di Jatim, Panci di Dapur Disita

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Densus 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris di Jatim kemarin (2/4). Masing-masing di Surabaya dan Tuban.

Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Gatot Repli Handoko menerangkan, tim penindakan mengamankan seorang pria di kawasan Simo Pomahan, Surabaya. Inisialnya SY. Dia ditangkap karena diduga terlibat dalam jaringan Jamaah Islamiyah (JI). ’’Densus bersama jajaran polda mengamankan yang bersangkutan pagi hari tadi (kemarin, Red),” katanya.

Beberapa jam berselang, seorang pria berinisial RH alias AO ditangkap di Tuban. Gatot menyebut, RH memiliki jaringan berbeda dengan SY. RH berasal dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Gatot menuturkan, keduanya tidak berkaitan dengan insiden bom bunuh diri di Makassar dan penyerangan di Mabes Polri. Namun, mereka diamankan sebagai langkah antisipasi. ’’Bagian dari deteksi dini agar tidak ada aksi lagi,” ungkapnya.

Sementara itu, Sulis, istri SY, menceritakan kronologi penggeledahan oleh aparat kepolisian kemarin pagi. Saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 07.55. Sulis dan ibunya, AA, baru selesai salat Dhuha. Tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pagar. Sulis melihat puluhan polisi di depan rumahnya. Perempuan 40 tahun itu tak bisa berkata-kata. Bibirnya seolah terkunci. Dia terkejut. Tubuhnya gemetar, lalu lemas. ’’Ibu saya pingsan,” ucapnya, lantas menangis kembali saat ditemui Jawa Pos kemarin sore.

Kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, hingga dapur digeledah oleh polisi. Sulis menyebutkan, beberapa panci diamankan polisi dari dapurnya. Tak hanya itu, majalah keagamaan pun ikut diambil. Dia menegaskan bahwa dirinya dan suami bukan teroris. Kalimat suami orang baik diucapkannya hingga 18 kali kepada koran ini. ’’Suami saya itu pedagang biasa. Tidak ada aliran sama sekali ke jaringan teroris,” ujarnya.

Hingga kemarin sore Sulis tidak mengetahui di mana posisi suaminya. Ketika penggeledahan, dia tak mendapatkan informasi apa pun dari petugas. Handphone suaminya tidak dapat dihubungi. ’’Saya bingung. Saya nggak tahu harus bagaimana. Saya juga nggak pernah berhubungan dengan polisi sebelumnya,” terangnya. (*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita