Aksi Pendeta Cabul: Minta Mata Siswinya Ditutup, Dipangku Lalu Naik Turunkan Pahanya

Aksi Pendeta Cabul: Minta Mata Siswinya Ditutup, Dipangku Lalu Naik Turunkan Pahanya

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Aksi cabul Kepala Sekolah Galilea Hosana School di Medan Selayang Kota Medan, Sumatera Utara, berinisial BS terungkap.

Begini modus kepala sekolah mencabuli siswinya.

BS yang juga seorang pendeta itu pura-pura bertanya soal cita-cita siswinya.

Aksi si kepsek berlanjut hingga meminta korban menutup mata.

Dan terjadilah aksi pencabulan itu.

Opung (kakek) berinisial E yang anaknya yang jadi korban keganasan oknum kepsek ikut dalam aksi unjuk rasa di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (16/4/2021).

Ia menceritakan bahwa awalnya cucunya dipanggil ke kantor kepala sekolah pada 26 Maret 2021 selama 25 menit dengan pintu tertutup dan ditanyai apakah cita-cita.

 "Terungkapnya kasus pelecehan seksual di sekolah Galilea ini karena bermula cucu kami yang sekolah disini. Dipanggil ke kantor kepala sekolah, di dalam ruangan tertutup mereka berdua dengan cucu kami lebih kurang 25 menit. Si kepala sekolah BS menanyakn berpura-pura apakabar mamak, opung apa cita-citamu ke depan setelah tamat dari sekolah ini," tutur orangtua E.

Lalu, cucunya mengatakan cita-citanya menjadi polwan. Dan akhirnya ditawarkan kepsek tersebut untuk diajari senam. Namun ditolak oleh cucunyam

"Lalu kata Kepsek BS mengatakan begitu kamu perlu latihan senam, kayang, latihan musik, maukah kamu saya latih. Cucu kmai mengatakan tidak ser, kemudian disuruh keluar," bebernya.

Namun, kemudian, dipanggil cucunya yang lainnya berumur 12 tahun lainnya oleh kepsek yang bersangkutan dan ditanyai hal yang sama.

"Tapi dipanggil berikut cucu kami yang kedua, namanya mawar umur 12 tahun. Pura-pura seperti tadi bertanya apa kabar, apa cita-citamu, dijawab si mawar pramugari," jelasnya.

Kemudian, si anak berumur 12 tahun tersebut ditawarkan untuk diajari balet, split dan kayang dan diiyakan oleh siswi tersebut.

Lalu Opung E menyebut disitu kepsek BS tersebut melakukan perbuatan cabul, matanya ditutup dan memangku siswi tersebut dan menaik turunkan ke kemaluannya.

"Mau kamu saya ajar balet, split, atau kayang, dibilang siswi ini mau. Maka terjadilah, siswi ini ditutup matanya, baru duduk di kursi lalu rentangkan tangan. Dan si kepala sekolah BS memangku siswi perempuan yang umurnya 12 tahun itu di atas kedua pahanya dan menaik turunkan pahanya demikian tangannya dipegang dadanya," ungkapnya.

Ia menyebutkan bahwa cucunya yang pertama dipanggil diancam untuk tidak melapor. Dan cucunya tersebut tak tahan untuk diam hingga akhirnya bercerita.

"Cucu pertama yang pertama hari Jumat dia dipanggil. Dibilang jangan beritahu opung maupun siapapun itu dikatakannya. Cucu saya takut, Jumat tanggal 26 sampai Selasa tanggal 29 April enggak tahan lagi, baru dia cerita sama saya aku dipanggil kepala sekolah. Lalu kemudian dia beritahu," jelasnya.

 Opung E menyebutkan bahwa cucunya tersebut langsung berkomunikasi dengan temannya dan akhirnya semua cerita tersebut terbongkar.

"Ternyata bukan cuma aku yang dipanggil. Tapi juga teman aku si mawar tadi. Lalu komunikasilah mereka selama tiga jam. Disana paling sedih anak itu mengatakan bagaimana saya mau sekolah hari Jumat tubuhku ini sudah enggak suci lagi sudah dipegang-pegang. Anak umur 12 tahun mengatakan itu amat sangat menyedihkan," jelasnya.

Ia menyebutkan setelah itu dirinya melapor kepada wali kelas anaknya. Dan disebut ada kejadian seperti percabulan dan wali kelasnya menjawab tidak menahu.

"Dia kirim nomor komite sekolah, saya telefon terus komite bilang mari chatingannya. Lalu mereka bilang bagaimana kalau kami ke rumah mawar, saya bilang jangan. Kalau sama bapak-bapak enggak mau dia mengaku. Biar saya suruh walikelas saja. Si komite ini minta supaya jumpa semuanya, di rumah kami," tuturnya.

"Nah di dalam pertemuan itu komite itu menanyakan semua apa yang ada terjadi dan anak-anak mengakuinya ada. Disitu ada guru bahasa inggris, ada komite dua orang dan keluarga 6 orang di pertemuan itu dan dituliskan ada surat perdamaian," tambah opung E.

Kemudian, si pelaku BS meminta untuk datang ke rumah korban, namun tak membawa istrinya yang juga kepala sekolah di TK Sekolah Galilea Hosana School.

"Lalu kepala sekolah BS minta datang ke rumah mau berdamai dan klarifikasi. Dia datang ke rumah bersama dua komite saja. Kami tidak menerima masuk, karana dia satu atap kerja sama istrinya. Saya minta supaya datang sama istrinya. Akhirnya setelah istrinya ada, sorenya bertemu disitu. Disitu dia minta maaf dan mengaku salah bahwasanya dia berbuat seperti yang dikatakan tadi," beber opung E.

Ia menyebutkan pertemuan pertama dibuat notulen tertulis surat perdamaian dan kedua.

"Harapan saya supaya secepatnya dia jangan berkeliaran lagi dan diproses dengan hukum kalau kami orangtua seberat-beratnya karena bukan satu oang, tapi tujuh orang," tegasnya.

Opung E telah melaporkan pelaku BS ke Polda Sumut dan tengah diproses untuk disatukan pada laporan kasus pertama oleh korban NS bernomor Polisi Nomor: STTLP/640/IV/2021/SUMUT/SPKT I tertanggal 1 April 2021.

Pengamatan tribunmedan.com, para ibu-ibu tersebut menuntut dipecatnya kepala sekolah yang telah dilaporkan ke Polda Sumut terkait kasus pencabulan terhadap 7 siswi di SD Swasta tersebut. []
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita