Ada Gejala Depuanisasi Di Partai Banteng?

Ada Gejala Depuanisasi Di Partai Banteng?

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Ketua DPC PDIP Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, lagi-lagi melontarkan pernyataan yang mengagetkan internal partainya. 

Setelah terang-terangan mendukung Mohammad Prananda Prabowo (Nanan) untuk menjadi Ketua Umum PDIP mendatang, ia juga mengungkapkan penilaian bahwa Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pantas dicalonkan sebagai Presiden 2024.

“Pak Ganjar layaklah (dicalonkan di Pilpres),” katanya kepada media massa.

Pernyataan blak-blakan dari pria yang akrab dipanggil Rudy itu terkesan kurang lazim mengingat kader PDIP selama ini terbiasa berhati-hati dan “tegak lurus” dengan pimpinan pusat partai, khususnya Ketua Umum, dalam menyikapi berbagai isu politik internal maupun eksternal.

Para pengamat juga heran dengan manuver Rudy karena ia sama sekali tidak menominasikan nama Puan Maharani, putri bungsu Megawati, untuk menjadi Ketua Umum PDI P maupun Capres partai PDIP.

Padahal, Puan merupakan satu-satunya tokoh DPP PDIP yang menjadi memiliki pengalaman di kabinet dan memimpin DPR sekaligus. Secara pribadi, Rudy dan Puan juga dinilai memiliki hubungan baik karena istri Happy Hapsoro itu merupakan anggota legislatif yang mewakili Dapil Jawa Tengah V yang meliputi Kota Surakarta.

Karena itu muncul pertanyaan, apakah Rudy sedang menjalankan agenda depuanisasi (melepaskan segala yang berbau Puan) di PDIP?

“(Dari pernyataan-pernyatannya) jelas bahwa Rudy bukan bagian dari faksi Puan. Tetapi, apakah ada skenario depuanisasi atau tidak, perlu penelitian lebih jauh,” ujar Robby Patria, pengamat politik dari UMRAH (Universitas Maritim Raja Ali Haji) Tanjungpinang kepada redaksi, Selasa (20/4).

Robby menilai wajar jika publik bertanya mengapa bukan Puan yang didorong untuk menjadi Ketua Umum PDIP, sebab Puan merupakan generasi ketiga Soekarno yang paling populer.

“Ibu Mega agak terlambat memperkenalkan Mas Nanan ke konstituen dan publik. Sehingga, Mas Nanan harus bergerak lebih aktif dalam mendekati konstituen partai di daerah. Baliho-baliho beliau yang mulai muncul di sejumlah daerah saya rasa belum cukup efektif,” lanjutnya.

Terkait pencapresan dari PDIP, Robby menganggap terlalu dini apabila dilontarkan saat ini. Meskipun Ganjar adalah tokoh dengan elektabilitas tinggi, banyak variabel yang perlu diperhitungkan partai banteng itu dalam mengusung calon. Apalagi, peta politik dua tahun ke depan akan berjalan dinamis.

“Kalau PDIP (memutuskan berkoalisi) dengan Prabowo, Ganjar bisa tidak dapat jatah. Sebab, Prabowo yang juga memiliki elektabilitas tinggi lebih pas berduet dengan Puan,” pungkasnya(RMOL)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita