Wanti-wanti Raja Salman soal Ancaman Program Nuklir Iran

Wanti-wanti Raja Salman soal Ancaman Program Nuklir Iran

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al-Saud mewanti-wanti dunia agar mewaspadai Iran. Raja Salman mendorong negara-negara di dunia untuk mengambil 'posisi tegas' dalam menghadapi upaya-upaya Iran mengembangkan program nuklir dan rudal balistik.

"Kerajaan (Saudi) menekankan bahaya proyek regional Iran, campur tangannya di negara-negara lain, mendorong terorisme, mengobarkan api sektarianisme, dan menyerukan komunitas internasional untuk mengambil posisi tegas terhadap Iran yang menjamin penanganan drastis dalam upayanya mendapatkan senjata pemusnah massal dan mengembangkan program rudal balistiknya," cetus Raja Salman dalam pidato tahunannya seperti dilansir Reuters, Kamis (12/11/2020).



Pidato tahunan ini menjadi pernyataan publik pertama Raja Salman sejak dia berpidato saat Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang digelar secara virtual pada September lalu. Saat itu, Raja Salman juga menargetkan Iran dalam pidatonya.

Saudi yang mayoritas menganut Sunni dan Iran yang menganut Syiah terlibat kompetisi bertahun-tahun untuk menancapkan pengaruh di kawasan Timur Tengah. Kedua negara pun mendukung pihak yang berlawanan dalam sejumlah konflik, mulai dari Suriah hingga Yaman.

Belum ada reaksi langsung dari Iran terhadap pernyataan Raja Salman ini. Otoritas Iran sebelumnya menyebut pernyataan Saudi yang menyudutkan pihaknya sebagai 'tuduhan tidak berdasar' dan menyangkal telah mempersenjatai kelompok-kelompok yang terlibat konflik di Timur Tengah.

Televisi nasional Saudi menayangkan foto-foto Raja Salman sedang menyampaikan pidato secara virtual dari istananya di Neom. Beberapa waktu lalu, Raja Salman sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari setelah menjalani operasi untuk radang kantung empedu yang dialaminya.



Ketegangan di Timteng

Ketegangan di kawasan Timur Tengah terus memuncak sejak Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran yang disepakati negara-negara kekuatan dunia tahun 2015 lalu. AS juga menerapkan kembali sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran. Saudi merupakan pendukung antusias bagi kebijakan 'tekanan maksimum' yang diterapkan pemerintahan AS di bawah Trump terhadap Iran.

Sementara di Yaman, di mana Saudi melancarkan operasi militer melawan pemberontak Houthi yang didukung Iran, Raja Salman menyatakan bahwa Saudi terus mendukung upaya-upaya PBB untuk mencapai penyelesaian polisi. Raja Salman juga mengecam serangan-serangan drone dan rudal balistik yang dilancarkan Houthi secara 'disengaja dan metodologis' dengan menargetkan warga sipil di dalam wilayah Saudi.


Dalam pidatonya, Raja Salman juga menyatakan Saudi berupaya menjamin stabilitas pasokan minyak global untuk melayani baik produsen maupun konsumen, meskipun pandemi virus Corona (COVID-19) berdampak pada pasar minyak.

Terakhir, Raja Salman menegaskan dukungan untuk solusi dua negara bagi konflik Palestina dan Israel. Namun beliau tidak menyinggung soal kesepakatan damai -- yang dimediasi AS -- yang ditandatangani oleh Uni Emirat Arab, Bahrain dan Sudan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, yang juga merupakan bagian dari strategi menghadapi Iran.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita