Trump atau Biden Menang Pilpres, AS Dinilai Tetap Dekat RI demi Lawan China

Trump atau Biden Menang Pilpres, AS Dinilai Tetap Dekat RI demi Lawan China

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 memasuki masa pemungutan suara. Bagaimana dampak ke Indonesia jika Donald Trump atau Joe Biden yang menang?
Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana memberikan analisisnya. Awalnya, Hikmahanto mengatakan Indonesia harus menjaga hubungan baik dengan siapapun presiden AS terpilih.

"Indonesia harus bisa bekerja sama dengan siapapun presiden terpilih di AS karena ini merupakan kedaulatan AS dan hak WN AS," kata Hikmahanto kepada wartawan, Selasa (3/11/2020).


Lebih lanjut, Hikmahanto mengatakan Indonesia perlu beradaptasi kembali jika Pilpres AS dimenangkan Joe Biden. Sebab, Biden mengusung isu hak asasi manusia (HAM).

"Nantinya kita tentu harus beradaptasi bila Biden yang terpilih, mengingat dia dari Partai Demokrat yang sangat mengusung HAM. Sementara kalau Trump tentu kita sudah memahami kerja Trump," ujarnya.

Diketahui hubungan bilateral Indonesia dan AS sedang dekat. Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto sempat mengunjungi AS pada pertengahan Oktober lalu. Kemudian, Menlu AS Mike Pompeo pun berkunjung ke Indonesia. Apa analisisnya?



Pertemuan tersebut membahas sejumlah rencana kerja sama. Hikmahanto menilai kerja sama bilateral akan terus berjalan dan tak terikat langsung dengan hasil Pilpres AS.

"Terkait janji-janji Pompeo saya rasa itu akan tetap dijalankan oleh AS mengingat kebijakan itu datangnya dari para birokrat AS. Janji tersebut bukan merupakan politisi yang menjabat presiden, wapres atau menteri," ucap Hikmahanto.

Dia menyebut AS punya kepentingan atas hubungan bilateral dengan Indonesia demi melawan pengaruh China di Asia.


"Para birokrat yang menganalisa bahayanya China bila terus memberi pengaruh ke negara-negara Asia termasuk Indonesia," imbuhnya.

Sebelumnya, warga AS berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dalam pemilu yang paling memecah-belah rakyatnya dalam puluhan tahun terakhir.


Di sejumlah TPS, warga antre sejak dini hari untuk mencoblos dengan pilihan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat. TPS dibuat di sejumlah tempat termasuk sekolah-sekolah dan perpustakaan.

Tempat pemungutan suara pertama telah dibuka di Vermont pada pukul 05:00 waktu setempat (17:00 WIB). Tempat-tempat pemungutan suara pertama akan ditutup pada pukul 18:00 waktu wilayah timur setempat (06:00 WIB Rabu 4 November) dan di Alaska TPS akan buka sampai Rabu pagi pukul 06:00 (13:00 WIB).

Hampir 100 juta pemilih telah memberikan suaranya lebih awal, indikasi bahwa pemilu kali ini akan memiliki partisipasi terbanyak dalam satu abad.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita