Sikap Ridwan Kamil soal Habib Rizieq: Kirim Pesan-Siap Tanggung Jawab

Sikap Ridwan Kamil soal Habib Rizieq: Kirim Pesan-Siap Tanggung Jawab

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Kerumunan massa yang hadir dalam kegiatan Habib Rizieq Shihab (HRS) di Megamendung, Kabupaten Bogor berujung polemik. Kegiatan itu dinilai abai protokol kesehatan di tengah pandemi COVID-19, selain itu Kabupaten Bogor pun masuk dalam aglomerasi Bodebek yang masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) proporsional.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan siap bertanggung jawab. Hal itu diungkapkan pria yang akrab disapa Kang Emil itu seusia rapat koordinasi pengendalian COVID-19 di Makodam III Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Selasa (17/11/2020).

"Terakhir dari saya kronologi terkait yang di Megamendung, pertama, apa pun yang terjadi di wilayah Provinsi Jabar, ini tentunya tanggung jawab gubernur. Jadi kalau peristiwa hari ini ingin mencari siapa yang bertanggung jawab, tentunya saya yang bertanggung jawab sebagai pimpinan," ujar Kang Emil.


Emil juga turut menyampaikan permohonan maaf atas apa yang terjadi di wilayah Jawa Barat. Pihaknya bakal memperbaiki kesalahan yang terjadi.

"Dan saya menghaturkan permohonan maaf jika dinamika ini membuat situasi kurang baik, jadi permohonan saya sangat tulus teriring juga untuk memperbaiki jika ada kekeliruan dalam manajemen COVID di mata banyak pihak," kata dia.

Emil mengatakan kegiatan yang berbuntut panjang itu dijadikan momentum agar semua pihak turut membantu penanganan COVID-19.

"Terakhir, semua orang marah, stres, dan capek. Kalau menyalahkan mah gampang, makanya silakan menyalahkan saya juga tidak ada masalah, tapi yang dibutuhkan itu adalah saling menyemangati energi positif dengan memberikan rasa tenteram dan memberikan statement yang menyejukkan dan kebaikan semua. Kalau main tunjuk tangan juga itu adalah hal yang paling mudah, tapi kami tidak akan melakukan itu semua. Tanggung jawab, karenanya, saya akhiri. Kalau memang itu risikonya, ya saya menyampaikan permohonan maaf dan insyaallah akan memperbaiki yang kurang dan menyempurnakan apa yang sudah baik," tuturnya.



Seperti diketahui, HRS yang merupakan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) mengunjungi Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah, Megamendung, Kabupaten Bogor. Para santri antusias menyambut kedatangan Rizieq.

Dalam kegiatan itu terjadi kerumunan massa. Sebagian massa bahkan ada yang tak mengenakan masker. Menyorot hal itu, Kang Emil pun mengirimkan pesan kepada HRS, agar lebih memperhatikan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan yang berpotensi mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. Pesan itu disampaikannya melalui para habaib.

"Saya sudah mengirimkan pesan pada Habib Rizieq juga melalui habib-habib yang lain. Agar mampu memahami situasi yg tak mudah dalam pengendalian COVID-19. Mungkin seperti yang lain menerapkan protokol AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru)," katanya.

"Yaitu tetap acara maulid terselenggara, tapi bisa menggunakan teknologi seperti Zoom misalnya, seperti yang kami gunakan saat menyapa audiens dengan jumlah yang banyak, tapi mengikuti protokol kesehatan. Jadi AKB ini mohon coba dipertimbangkan," katanya menambahkan.

Ia tak mengharapkan pelarangan menggelar acara muncul, karena terjadi kontinuitas pelanggaran. Ia mengharapkan masyarakat bisa tetap produktif, tetapi wajib mengikuti protokol kesehatan karena pandemi COVID-19.

"Yaitu caranya beradaptasi, kebiasaan lama yg ramai-ramai berkerumun menjadi tetap produktif, tetapi ada caranya dengan menggunakan teknologi menggunakan cara baru. Seperti ada konser (yang disaksikan) di mobil dan lain-lain," katanya.

Lebih lanjut, ia meminta agar semua pihak dan tokoh yang memiliki pengaruh untuk mengendalikan diri terlebih dahulu untuk mengumpulkan massa dalam jumlah banyak. "Karena kalau sudah banyak pengikutnya, kelompoknya berkumpul itu lebih susah dikendalikan," ucapnya.

"Definisi ketegasan juga tak sesederhana yang kita bayangkan, karena ketegasan bertemu dengan massa yg banyak . Itu sering kali terjadi bentrokan seperti halnya demo-demo waktu Omnibus Law yang berakhir dengan destruktif juga," katanya.

"Jadi mungkin ada pertimbangan-pertimbangan humanis yg dilakukan oleh kepolisian Jabar, dalam mengambil penanganan itu," pungkasnya.(dtk)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita